Bandung (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menandatangani nota kesepahaman mengenai penerapan kesepakatan kerja sama strategis dengan Korea Aerospace Industries (KAI) Ltd di Indo Defence, Aerospace, Helicopter and Marine 2016 Expo & Forum di Jakarta International Expo, Jakarta, Kamis.

Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh dan Senior Executive Vice President & General Manager Research & Development Group Division KAI Jang Sung Sub menandatangani nota kesepahaman itu disaksikan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, Direktur Utama PTDI Budi Santoso, CEO KAI Ha Sung Yong dan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tai Young.

Budi mengatakan PT DI dan KAI menandatangani Kesepakatan Kerja Sama Strategis (Strategic Cooperation Agreement/SCA) pada 4 Desember 2015.

"Kerja sama strategis ini merupakan kerja sama secara Business to Business antara PTDI dengan KAI Ltd, meliputi kerja sama dalam pemasaran produk yang dihasilkan PTDI dan KAI," katanya.

Dalam kerja sama MRO (Maintenance, Repair, Overhaul), PTDI akan menjadi perusahaan resmi yang ditunjuk oleh KAI untuk mendukung pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan serta modifikasi dan perbaruan pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih militer KT1B.

PTDI dan KAI juga akan bersama-sama mengembangkan pesawat terbang tanpa awak, yang diharapkan mampu menghasilkan pesawat tanpa awak generasi selanjutnya yang lebih modern dan dibutuhkan pasar.

PTDI telah membuat Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung yang dikembangkan bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan.

Perusahaan negara itu juga sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) Kementerian Pertahanan RI, yang artinya PTTA Wulung telah memenuhi ketentuan dan siap untuk diproduksi secara massal.

Dalam kerja sama di bidang pemasaran, akan dibentuk komite untuk mempelajari dan menganalisis pasar potensial bagi seluruh produk PTDI dan KAI serta strategi untuk memenangkan persaingan di pasar persenjataan bagi masing-masing produk di dalam maupun luar negeri.

"Kerja sama jangka panjang ini nantinya akan menghasilkan sinergi dan integrasi marketing dan komersial serta berkembang ke kerja sama untuk ekspor pesawat tempur KFX/IFX," kata Budi.

Selain itu kedua belah pihak setuju bekerja sama memasarkan CN235 dan KUH-1 di Indonesia dan Korea Selatan serta untuk mengembangkan potensi pasar bersama.

"Pasca-penandatanganan Implementasi SCA diharapkan seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu," katanya.

Saat ini PTDI telah mengirimkan 70 orang insinyur ke Korea Selatan, dan selanjutnya jumlah insinyur yang dikirimkan akan ditambah hingga sampai 200 orang pada 2022.

"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Budi.

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016