Windhoek (ANTARA News) - Jika ada yang bisa membuat gagal kampanye hemat air di Namibia, terutama di ibu kotanya, Windhoek, tampaknya itu adalah mencuci mobil.

Namibia meluncurkan kampanye hemat air nasional pada Jumat (25/11) untuk mendidik rakyat mengenai cara melestarikan air yang tersisa agar bisa bertahan lama sampai semua bendungan yang memasok kota kecil dan kota besar utama di negeri tersebut memiliki cukup banyak cadangan.

Kampanye itu, yang dijadwalkan berlangsung selama dua tahun sampai 18 September 2018, dengan tema "Air Saya, Masa Depan Saya, Namibia Kita" bertujuan menerapkan manajemen permintaan akan air guna menyediakan pilihan jangka dekat dan menengah dengan memperbanyak pasokan air dan mengurangi permintaan.

Kementerian Pertanian memelopori kegiatan tersebut dengan bantuan Pemerintah Kota Windhoek, dan Perusahaan Air Namibia.

Ada lebih dari 400 tempat pencucian mobil yang tidak terdaftar di Windhoek, dengan penggunaan air rata-rata 30 liter untuk membersihkan satu kendaraan, demikian laporan Xinhua.

Kebanyakan tempat pencucian mobil tak terdaftar itu berada di Katutua, kota praja di Windhoek, sementara sebagian dari 21 tempat pencucian mobil yang terdaftar --menurut daftar yang diberikan oleh Pemerintah Kota Windhoek-- merupakan bagian dari tempat servis atau bengkel di daerah industri atau di kabupaten komersial pusat.

Tempat cuci mobil Simon Hafeni adalah satu dari 400 tempat cuci mobil yang tidak terdaftar. Hafeni cedera dalam satu kecelakaan mobil dua tahun lalu. Ia kemudian kehilangan pekerjaannya di satu perusahaan bangunan di Windhoek.

Untuk memberi makan keluarga yang terdiri atas lima orang, Hafeni telah mengelola tempat cuci mobil di bagian Single Quarters di Katutua. Ia mempekerjakan empat anak lelaki remaja yang tak bisa melanjutkan sekolah, kata Hafeni.

Rata-rata, tempat cuci mobil Hafeni membersihkan enam mobil per hari dan mengenakan biaya antara 70 dan 120 dolar Namibia (sekitar lima sampai sembilan dolar AS), katanya.

Ada dua lagi tempat cuci mobil terkenal dengan ukuran lebih besar yang bisa mencuci lebih dari 20 mobil per hari.

Perkiraan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Windhoek selama satu pertemuan Carwash Forum pada Juni tahun ini menunjukkan mencuci satu mobil memerlukan lebih dari 30 liter air. Itu berarti tempat cuci mobil Hafeni rata-rata menggunakan sebanyak 210 liter air per hari, kata Xinhua.

Dengan diberlakukannya kampanye hemat air, Hafeni merasa tidak yakin apakah mata pencahariannya akan terpengaruh, meski ia menentang tindakan serupa pada masa lalu.

Kebanyakan pemilik tempat cuci mobil tak terdaftar juga mengatakan mereka takkan membiarkan Pemerintah Kota Windhoek menutup tempat usaha meeka.

Dalam kasus Hafeni, ia mengatakan jika orang mau menutup satu-satunya sumber nafkahnya, maka mereka mesti memberi dia pekerjaan.

"Lihat saya tak menggunakan kursi roda. Saya tidak memiliki pekerjaan. Selain itu, saya harus mengurus keluarga pekerja saya. Jika ini ditutup, apa yang akan saya kerjakan?" ia mempertanyakan.

Ia menambahkan kebanyakan pemilik tempat cuci mobil adalah pengangguran seperti dia.

"Satu-satunya yang bisa kami kerjakan ialah mengelola shebeen atau mencuci mobil. Saya tak mau mengelola shebeen," katanya.

Dan memang, di satu bagian Kota Windhoek --Jalan Eveline di Daerah Greenwell Matongo-- sebagian besar shebeen (bar atau klub tempat minuman beralkohol dijual) adalah bagian dari tempat cuci mobil.

Dilema

Pemerintah Kota Windhoek juga telah menyatakan bahwa menutup tempat cuci mobil adalah masalah rumit buat mereka sebab itu adalah industri yang menyediakan pekerjaan.

Meskipun Pemerintah Kota Windhoek pada April memperingatkan pemerintah akan memutus pasokan air atau memberlakukan denda 2.000 dolar Namibia (140 dolar AS) kepada siapa saja yang didapati menyiram kebun atau mencuci mobil di rumah, sebagai bagian dari kebijakan baru Nol Toleransi bagi Penyia-nyiaan Air. 

Pemerintah Windhoek juga menyatakan mereka yang menggunakan lebih dari 50.000 liter air per bulan akan didenda. Namun tindakan semacam itu tak pernah dilakukan sejauh ini.

Manager Urusan Korporat Komunikasi Joshua Amukugo mengatakan kepada pers bahwa akan menjadi bencana jika pemerintah menutup tempat cuci mobil tak terdaftar.

"Masalah cuci mobil ini sangat rumit, dan mesti dilakukan secara sistematis serta baik," katanya. Ia menambahkan mereka dapat melakukannya jika mereka ingin, sebab mereka memiliki cara dan wewenang untuk meminta polisi kota pergi dan menutup tempat cuci mobil.

Amukugo mengatakan Pemerintah Kota telah berusaha mendidik pemilik tempat cuci mobil agar menggunakan ember dan bukan selang.

Seorang insinyur di Departemen Pengairan Kota Windhoek Dieter Tolke mendorong para pemilik tempat cuci mobil agar menanam modal pada alat daur-ulang air tapi itu tak mendapat perhatian sebab harga alat semacam itu sangat mahal.

Setelah pertemuan pada Juni tahun ini, sebagian pemilik tempat cuci mobil meminta Pemerintah Kota Windhoek agar membantu mereka dalam memperoleh alat daur-ulang air. Setakat ini, permintaan tersebut belum jadi kenyataan.

Pemerintah Kota Windhoek kemudian mengusulkan agar orang yang mencuci mobil menggunakan paling banyak 15 liter air per kendaraan, tapi sebagian besar pemilik tempat cuci mobil mengatakan itu tidak mungkin.

Seorang pemilik tempat cuci mobil yang menghadiri pertemuan tersebut, Etienne Louw, mengatakan walaupun dampak pemangkasan air pada usaha itu sulit, orang tak boleh lupa bahwa ada krisis.

"Saya berusaha menemukan jalan tengah agar setidaknya bisa tetap buka," kata Louw.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016