Beijing (ANTARA News) - China menyatakan, latihan jarak jauh pesawat tempur Angkatan Udara China di atas Laut China Timur dan Selatan, yang menggusarkan Jepang dan Taiwan, merupakan rutinitas dan kegiatan militer yang normal.

Pesawat terbang militer China, Sabtu lalu, diketahui terbang di antara Pulau Okinawa dan Pulau Miyako, Jepang, dan di atas perairan dekat Taiwan, yang dipandang sebagai provinsi yang membangkang oleh Beijing. Antara China (daratan) dengan Taiwan dipisahkan Selat Formosa.

Jepang protes kepada China atas keluhan pihak China yang menyatakan pesawat tempur Angkatan Udara Bela Diri Jepang terlibat dalam perilaku yang "berbahaya dan tidak profesional" saat mereka bergerak ketika pesawat China terbang dekat pulau-pulau Jepang.

Dalam pernyataan di laman resmi mereka, Angkatan Udara China mengatakan, latihan itu kegiatan militer biasa.
"Ini merupakan misi, tanggung jawab angkatan udara, ini sesuai hukum, beralasan dan adil, dan terjadi seperti yang dahulu sesuai rencana," ujarnya.

Angkatan Udara China mengatakan, mereka mengutip sejumlah laporan media asing terkait jenis pesawat yang terlibat, termasuk pesawat pengebom strategis H-6K dan jet tempur Sukhoi Su-30 Flanker, dan bahwa hal ini telah "menarik perhatian publik di dalam dan luar negeri". China memang mengakuisisi dalam jumlah besar Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker dari Rusia.

Sementara mereka tidak mengkonfirmasi apa pesawat terbang militer yang diterbangkan pada latihan itu, mereka menunjukkan sejumlah gambar kedua pesawat sebagai bagian dari pernyataan dalam situs mereka, tanpa menyebutkan kapan atau dimana gambar itu diambil.

"Dalam dua tahun terakhir Angkatan Laut China mengadakan latihan di laut, kami telah menangani dan menyelesaikan beragam bentuk gangguan dan halangan, menjalankan pengintaian dan peringatan awal, patroli, serangan, pengisian bahan bakar di udara dan sejumlah latihan lainnya," tambahnya.

Ini telah meningkatkan kemampuan angkatan laut untuk melaksanakan pertempuran jauh di laut, membuatnya dapat melindungi kedaulatan dan integritas teritorial negara, ujarnya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016