Banyumas (ANTARA News) - Pembudidaya ikan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mulai tertarik untuk mengembangkan budi daya ikan sidat karena harga jualnya tinggi dan memiliki peluang ekspor.

"Saya baru mencoba budi daya sidat dalam satu tahun terakhir namun belum bisa panen," kata salah seorang pembudidaya ikan, Emi Wijayanti (48) di Desa Dawuhan Kulon RT 01 RW 02, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Senin.

Ia mengatakan jika beberapa pekan lalu sebenarnya ada sidat yang bisa dipanen, tapi kolamnya kebanjiran sehingga ikannya banyak yang hilang.

Akibatnya, kata dia, potensi pendapatan yang hilang akibat banjir tersebut diperkirakan mencapai Rp10 juta.

"Saat ini, kolam-kolamnya sudah saya tinggikan lagi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir," katanya.

Lebih lanjut, Emi mengaku ketertarikannya untuk membudidayakan sidat itu muncul setelah mengetahui hasil panen sejumlah pembudidaya di Banyumas dan tingginya harga jual ikan tersebut.

Bahkan, kata dia, ada beberapa pembudidaya yang sudah mengekspor sidat ke Jepang.

"Saya sudah cukup lama membudidayakan ikan dan sampai saat ini memiliki 14 kolam permanen, dua kolam di antaranya digunakan untuk sidat, sedangkan kolam lainnya diisi ikan mas, tawes, dan sebagainya. Saya masih mencoba-coba, kalau memang proses budi daya sidat lebih mudah, ya akan diteruskan, apalagi harga jualnya cukup tinggi," katanya.

Meskipun baru satu kali membudidayakan sidat, dia mengakui jika perawatan ikan tersebut jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan gurami.

Baca juga: (Pakar IPB: ikan lokal Indonesia terancam punah bila tidak dibudidayakan)


Menurut dia, ikan gurami mudah terkena penyakit dan kadang mudah mati ketika dipindahkan ke kolam yang lain.

"Kemarin, saya coba pindahkan sidat-sidat itu ke kolam lain, alhamdulillah tidak ada masalah. Risiko kematiannya kecil," katanya.

Sebelumnya, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan sidat memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berpeluang untuk diekspor.

"Kalau diekspor, harganya bisa mencapai Rp400 ribu hingga Rp500 ribu per kilogram. Nilai ekonominya tinggi namun ketentuan kualitas sidat yang akan diekspor sangat ketat sehingga sementara ini hanya untuk konsumsi lokal saja," katanya usai membuka Pelatihan Usaha Pembesaran Ikan Sidat Kerja Sama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Banyumas dan Kampung Sidat Brilian di Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Sabtu (4/3).

Menurut dia, harga sidat untuk konsumsi lokal hanya berkisar Rp120 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram.

Selain itu, kata dia, sidat juga memiliki keunggulan berupa kandungan gizi atau protein yang sangat tinggi.

"Misalnya, kalau ikan lele mengandung lemak tidak jenuh, tetapi sidat mengandung lemak jenuh sama dengan ikan salmon. Jadi, kandungan nutrisi sidat sama dengan ikan salmon, harganya pun kira-kira sebanding," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Banyumas terus menggalakkan pembudidayaan sidat.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017