Mosul (ANTARA News) - Penggalian meluas oleh ISIS di bawah masjid Yunus kuno, Mosul, menunjukkan mereka menjaga artefak itu untuk dijarah, kata arkeolog setempat, bertentangan dengan citra mereka terhadap barang bersejarah.

Kelompok garis keras tersebut merebut masjid itu ketika menyerbu Irak utara pada tiga tahun lalu, menghancurkan dan meledakkan situs kuno serta menghancurkan patung dan menyatakan semua patung adalah berhala, lapor Reuters.

Masjid Yunus diledakkan pada Juli 2014, namun pakar -yang menilai kerusakan setelah masjid itu direbut kembali pada Januari oleh pasukan Irak dukungan Amerika Serikat- menemukan jaringan terowongan, yang digali petempur tersebut, yang mengarah ke istana Asyur dari abad ke-7 SM.

Cara terowongan itu digali dengan hati-hati menunjukkan petempur tersebut ingin menjaga harta itu tetap utuh, kata arkeolog Musab Mohammed Jassim, dari Antiquities Niniwe dan Departemen Warisan Budaya.

"Mereka menggunakan alat-alat sederhana dan pahat untuk menggali terowongan, agar tidak merusak artefak, "katanya, seraya berdiri di dekat jaringan terowongan yang mengarah dari reruntuhan masjid di atas tanah ke istana bawah tanah yang jauh lebih tua.

"Penggalian itu dilakukan sesuai dengan rencana dan pengetahuan tentang istana," tambahnya.

Upaya menghindari kerusakan barang antik itu bertentangan dengan citra penghancuran situs kuno di kawasan kekhalifahan ISIS di Suriah dan Irak, dari kota gurun Palmyra ke ibu kota Asyur dari Nimrud, di selatan Mosul.

Penghancuran itu direkam di video dan disiarkan secara luas oleh pendukung ISIS, yang menjadikan itu sebagai bagian dari upaya mereka menghapus sejarah budaya apa pun, yang bertentangan dengan tafsir tajam Islam Sunni mereka.

Namun, Amerika Serikat mengatakan penjarahan dan penyelundupan artefak menjadi sumber berarti dari pendapatan pegaris keras itu. Pada Juli 2015, Amerika Serikat menyerahkan kepada Irak sejumlah besar barang antik, yang dinyatakan disita dari ISIS di Suriah.


Istana

Sekalipun pendudukan kelompok IS selama 30 bulan atas Masjid Yunus meninggalkan warisan kerusakan dan pencurian, aksi ith juga telah membuka peluang segar untuk arkeolog.

Penggalian yang diluncurkan pada 2004, tahun setelah invasi pimpinan AS ke Irak, mengungkapkan pintu masuk ke istana Raja Asyur, Esarhadon, yang dijaga oleh lamassus besar - banteng bersayap berkepala manusia yang diukir dari batu.

Tapi pekerjaan dihentikan tak lama kemudian karena mengancam pondasi masjid, yang dibangun di atas situs pemakaman terkenal dari nabi yang dihormati oleh orang Yahudi, Kristen dan Muslim - yang mengenalnya sebagai Nabi Yunus.

"Seluruh Istana tetap tidak tersentuh oleh penggalian pakar dan penggalian asing," kata Jassim sambil berkeliling terowongan, yang masih dilapisi potongan tembikar serta panel batu berukir.
(Uu.G003/B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017