Nganjuk (ANTARA News) - Tim gabungan Basarnas dan TNI, serta sukarelawan berupaya mengurangi timbunan air di lokasi tanah longsor Desa Kepel, Kabupaten Nganjuk, setelah longsor membendung sungai di sekitar perbukitan.

"Ini proses evakuasi dimulai lagi. Saat ini, tim juga masih mencari jalan air, guna mengurangi timbunan air," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk Sukoyono di Nganjuk, Kamis.

Ia mengatakan, tanah longsor di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, itu membendung sungai, sehingga menyebabkan terjadinya bendung alami. Hal itu berpotensi terjadi longsor susulan, jika hujan terjadi di areal Gunung Wilis, lebih dari tiga jam.

Saat ini, akibat bendung alami itu, tanah di sekitarnya juga menjadi lembek dan rapuh, sehingga rawan bocor. Tim berupaya mengurangi takaran air dengan membuat jalur itu, menggunakan cara manual.

"Kalau sana (atas) hujan, dan di sini (yang melakukan pencarian di lokasi bencana longsor) tidak tahu itu membahayakan, jadi banjir. Untuk itu, sedikit-sedikit kami upayakan membuatkan jalur air," katanya.

Ia pun mengatakan, pascalongsor Minggu (9/4) pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan. Ada hampir 100 orang yang diterjunkan, namun tidak semuanya turun di lokasi longsor.

"Itu tidak semua turun, jadi nanti gantian, ada sift. Sebagian memantau, sebagian kerja," katanya.

Sukoyono juga menambahkan, saat ini cuaca cukup cerah, sehingga tim pun dengan leluasa bisa melakukan pencarian korban. Penggalian di titik yang dimungkinkan ada korban terus dilakukan, dengan beragam alat.

Ia berharap, pencarian itu bisa secepatnya membuahkan hasil, bahkan seluruh korban bisa ditemukan. Tim juga sudah menyiapkan beragam keperluan, misalnya kantong mayat dan beragam alat untuk mengevakuasi korban.

Sementara itu, ancaman tanah longsor susulan juga diungkapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Mereka datang ke lokasi bencana di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk tersebut dan melakukan evaluasi.

Tim melakukan pengamatan dan hasilnya penyebab longsor itu karena terjadi pelurusan yang mengindikasikan ada rekahan. Retakan tanah itu juga berlangsung sejak lama dan akibat hujan deras mengakibatkan bebatuan masuk ke dalam retakan.

Kondisi itu menyebabkan air masuk. Sementara, di lokasi juga terdapat lapisan kedap air di bawah lapisan tanah yang retak. Jika cuaca ekstrim terjadi dan turun hujan, air bisa masuk dan tertahan, sehingga menyebabkan longsor susulan.

"Jika curah hujan ekstrim, air masuk, padahal di bawah ada lapisan kedap air. Air masuk dan tertahan, sehingga terjadi longsor," kata Ketua Tim PVMBG Bandung Eka Kadarsetia.

Hingga kini, tingkat kedalaman longsor mencapai 40 meter, membuat petugas pun harus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah itu, lima orang menjadi korban.

Pewarta: Oleh Destyan Hendri Sujarwkoko/ Asmaul Chusna
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017