Buton, Sulawesi Tenggara (ANTARA News) - Semangat dalam mewujudkan impiannya agar warga Suku Bajo Bahari bebas dari buta huruf membuat Bhabinkamtibmas Polres Buton, Brigadir Al Muhalid, diundang ke Istana Presiden untuk menghadiri jamuan makan siang bersama 37 pejuang literasi lainnya dari beragam profesi.

Al Muhalid merupakan satu dari empat Bhabinkamtibmas yang diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Negara pada 2 Mei 2017, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Acara tersebut diselenggarakan untuk menghargai berbagai pihak yang dianggap memiliki terobosan kreatif di bidang pendidikan dengan mendirikan perpustakaan keliling maupun taman bacaan di tempat mereka bertugas.

Awalnya Muhalid tidak percaya begitu saja saat dirinya menerima telepon dari Istana. "Sempat tidak percaya. Lalu saya lapor ke kapolres kalau ada yang menelpon mengaku-ngaku dari Istana, tanya-tanya Rumah Baca. Terus Kapolres menjawab, iya itu benar, saya yang kasih nomor kamu ke staf Istana," kata Muhalid menirukan jawaban Kapolres Buton AKBP Andi Herman.

Perjuangannya sebagai pejuang literasi berawal dari tugas kesehariannya di tiga desa yakni Desa Koholimombono, Desa Bajo Bahari dan Desa Holimombo.

Tadinya ia bersama Babinsa Kodim 1413 Buton Kopka Sutardi mendirikan perpustakaan keliling di tiga desa tersebut. Namun karena tingkat buta aksara di Desa Bajo Bahari paling tinggi diantara ketiga desa tersebut, maka keduanya memfokuskan upaya mereka untuk memberantas buta huruf di Desa Bajo Bahari.

Al Muhalid menceritakan perjuangannya bermula pada saat ada kegiatan yang membutuhkan sejumlah data dan tanda tangan penduduk setempat. Saat diminta menuliskan data diri dan tanda tangan, ternyata warga mengaku tidak bisa membaca dan menulis.

Ternyata tidak hanya satu dua rumah saja yang warganya buta aksara, namun jumlahnya mencapai 90 persen dari penduduk Desa Bajo Bahari.

"Saya pikir tadinya cuma satu rumah saja yang buta huruf, ternyata 90 persen penduduk di sini tidak bisa baca dan tulis," katanya.

Muhalid dan Sutardi pun bergotong royong membuat perpustakaan keliling di Bajo Bahari. Tujuannya untuk mengajari ibu-ibu dan anak-anak membaca.

Setelah berjalan beberapa bulan, pihaknya berinisiatif untuk mengubah Perpustakaan Keliling menjadi Taman Baca di sebuah lokasi yang permanen.

Pihaknya membicarakan hal ini kepada kepala desa setempat. Gayung bersambut, pihak desa setempat menyetujui usulan tersebut. Usulan ditindaklanjuti dengan mencari lokasi untuk mendirikan taman baca. Pada akhirnya lokasi yang dapat digunakan adalah bekas jamban yang letaknya di laut.

Untuk mendanai pembangunan taman baca, ia mengajukan proposal pengajuan dana kepada atasannya.

Akhirnya pada Januari 2016, berdirilah taman bacaan yang dinamai Rumah Baca Bajo Bahari dengan ukuran 4x3 meter persegi. Pembangunan rumah baca dikerjakan secara gotong royong selama dua pekan oleh para anggota Polres, Koramil dan pemerintah desa.

Untuk membujuk anak-anak Desa Bajo Bahari agar mau belajar membaca dan menulis tidak mudah.

"Mengumpulkan anak-anak itu tidak mudah. Awalnya mereka takut pada kami. Lalu kami siasati dengan membelikan mereka susu kemasan dan makanan ringan. Akhirnya lama-lama mereka terbiasa dengan kehadiran kami sehingga mau kami ajari membaca, menulis dan berhitung," katanya.

Jadwal belajar pun ditentukan dengan cara berbagi tugas antara Muhalid dan Sutardi disela-sela pekerjaan mereka sebagai Bhabinkamtibmas dan Babinsa.

"Kegiatan belajarnya tiga kali dalam sepekan. Kami atur agar tidak bentrok dengan tugas pokok," katanya.

Ia menyebut saat ini telah ada sedikitnya 56 anak Suku Bajo Bahari yang memanfaatkan Rumah Baca, dengan rata-rata anak-anak yang hadir dalam setiap pengajaran, sekitar 20-30 anak dengan kisaran usia 6 tahun hingga 13 tahun.


Kondisi Pendidikan yang Buruk di Bajo

Pendidikan anak-anak di Desa Bajo Bahari sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, sebagian besar anak hanya bersekolah hingga kelas 3 Sekolah Dasar saja. Sementara bila ingin melanjutkan studi kelas 4 hingga kelas 6, anak-anak itu harus bersekolah di daerah yang jaraknya cukup jauh dari desa tersebut sehingga membuat anak-anak malas bersekolah.

Bahkan para orang tua siswa juga enggan menyekolahkan anak mereka karena beranggapan pendidikan anak bukan hal yang penting. "Menurut mereka, pendidikan tidak penting. Kalau anaknya sudah bisa bawa sampan, bisa ke laut tentu bisa dapat uang," katanya.

Dengan berdirinya Rumah Baca, pihaknya berharap anak-anak asuhnya bisa termotivasi untuk belajar dan membaca.

"Agar anak-anak bisa termotivasi, mau untuk meneruskan sekolah agar tercapai cita-citanya," katanya.

Upaya Muhalid sebagai pejuang literasi tidak sia-sia. Pemerintah daerah setempat akhirnya setuju untuk membangun sekolah dasar untuk Kelas 4, Kelas 5 dan Kelas 6 di desa tersebut.

Saat ini penduduk Suku Bajo Bahari yang masih buta huruf sudah mengalami penurunan sebesar 30 persen menjadi 60 persen.


Diberi Kesempatan Sekolah Perwira

Perjuangan Al Muhalid telah menghasilkan peluang besar bagi dirinya sendiri. Impiannya untuk menjadi perwira kini terwujud ketika Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikannya kesempatan mengenyam sekolah polisi.

"Saya dapat piagam dan diberi kesempatan menempuh pendidikan SIP 2018 di Sukabumi. Setelah pendidikan, kalau lulus saya naik pangkat jadi Ipda," katanya.

Sementara Kapolda Sultra Brigjen Pol Andap Budhi Revianto bangga atas perjuangan Brigadir Al Muhalid dan Kopka Sutardi dalam memberantas buta aksara yang mendapat penghargaan dari Presiden Jokowi dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

"Kami tentunya senang dan bangga karena salah seorang Bhabinkamtibmas kami diberikan apresiasi dan penghargaan oleh Bapak Presiden RI dan Bapak Kapolri," kata Andap.

Ia berharap pencapaian Al Muhalid dapat memotivasi dan menginspirasi para Bhabinkamtibmas dan anggota Polri lainnya agar senantiasa berbuat yang terbaik bagi masyarakat.

"Semoga ini dapat menginspirasi para Bhabinkamtibmas dan anggota Polri lainnya, semoga kedepannya peran dan kontribusi Polri khususnya Polda Sultra dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," tutur Andap.

Oleh Anita Permata Dewi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017