Madrid (ANTARA News) - Sekitar 70 migran sub-Sahara Afrika terluka saat mereka mencoba melewati pagar dengan kawat berduri yang memisahkan Maroko utara dari daerah kantong Ceuta di Spanyol pada Selasa, kata Palang Merah.

Polisi setempat mengatakan 200 orang bergegas ke perbatasan untuk mencapai Eropa. Sekitar 60 orang berhasil masuk wilayah ini.

Migran sering melompat atau memotong pagar dua kantung Spanyol di Afrika utara, Ceuta dan Melilla, atau berusaha mencapainya dengan berenang di sepanjang garis pantai Maroko.

Jumlah migran yang memasuki Spanyol melalui Ceuta dan Melilla lebih dari dua kali lipat dalam enam bulan pertama tahun ini dari periode yang sama tahun lalu menjadi 3.200 orang, menurut Kementerian Dalam Negeri Spanyol.

Begitu berada di dalam wilayah kantong Spanyol, migran akan dikembalikan ke negara asalnya atau pindah ke daratan Spanyol, yang banyak digunakan sebagai titik masuk ke wilayah Eropa lainnya.

Para migran menggunakan pemotong kawat untuk menerobos gerbang, menurut juru bicara pemerintah Ceuta. Antara 1.000 dan 1.500 orang berkemah di semak belukar dan hutan di sekitar daerah kantong sambil menunggu kesempatan untuk bergegas ke perbatasan, katanya.

Palang Merah mengatakan 14 orang harus dirawat di rumah sakit.

Gelombang besar terakhir ke salah satu kantong pada Mei terjadi ketika sekitar 300 migran berusaha melompati pagar di Melilla.

Sekitar 100 berhasil melintasi perbatasan.

Sementara itu baru-baru ini sejumlah kelompok bantuan yang beroperasi di Italia berbeda pendapat terkait aturan baru penyelamatan migran.

Lima kelompok bantuan yang mengoperasikan kapal penyelamatan migran di Mediterania menolak untuk menandatangani kode etik pemerintah Italia, menurut Kementerian Dalam Negeri, namun tiga lainnya mendukung peraturan baru tersebut.

Perahu amal menjadi semakin penting dalam operasi penyelamatan, menyelamatkan lebih dari sepertiga dari semua migran yang dibawa ke pantai sejauh tahun ini dibandingkan kurang dari satu persen pada tahun 2014, menurut patroli pantai Italia.

Italia khawatir kelompok tersebut memfasilitasi penyelundupan manusia dari Afrika Utara dan mendorong migran untuk melakukan perjalanan berbahaya ke Eropa, dan mengusulkan sebuah kode etik yang berisi sekitar belasan poin untuk badan amal tersebut.

Mereka yang menolak menandatangani dokumen tersebut telah menempatkan diri mereka "di luar sistem penyelamatan laut yang terorganisir, dengan segala konsekuensi konkret yang dapat dimiliki", kata kementerian tersebut.

Italia sebelumnya mengancam untuk menutup pelabuhannya ke organisasi non pemerintah yang tidak mendaftar, namun seorang sumber Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa kelompok tersebut akan menghadapi lebih banyak pemeriksaan dari pihak berwenang Italia.

Beberapa diantaranya keberatan dengan pasal yang menyebutkan bahwa setiap kapal wajib membawa migran ke pelabuhan aman sendiri dan mengizinkan polisi Italia ada dalam kapalnya saat operasi, demikian Reuters.

(G003/M016) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017