Jakarta (ANTARA News) - Kali Cideng di Jakarta Pusat beberapa hari lalu diberitakan penuh dengan sampah. Pemandangan mulai Selasa (12/9), sampah yang menumpuk sudah tidak terlihat.

Mengapa sampah sempat memenuhi kali tersebut? berikut penuturan salah satu petugas kebersihan kali tersebut, Udin dari Unit Pelayanan Kerja (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Pak Udin ditemui Antaranews di sekitar pintu air Cideng pada Rabu (13/9).

Pada hari Senin ada sampah menumpuk, mengapa hal ini bisa terjadi?
Sampah datang dari arah Tanah Abang,   jadi kalo ada hujan lalu pintu air dibuka, aliran air datang ke sini dengan sampah-sampahnya. Kebetulan juga malam Seninnya hujan besar jadi Senin pagi sampah numpuk.

Berapa banyak truk yang diperlukan untuk mengangkut sampah kalau sungai tiba-tiba penuh sampah?
Satu truk sampah besar.

Sekarang bagaimana keadaan Kali Cideng?
Kondisinya sudah normal lagi seperti biasa, ini juga berkat kerja keras tim UPK badan air yang sampe jam 9 malem bersihin sampah di kali cideng ini.

Berapa petugas yang dikerahkan saat banyak sampah seperti beberapa hari lalu?
Saat itu petugasnya gabungan, total sekitar 50 orang, dari biasanya cuma tujuh orang yang bertugas.Kalau habis hujan dan sampah menumpuk, kami lembur sampai jam 9 malam. Shift normal saya dari jam 7  pagi sampai jam 2 siang.

Biasanya kali ini kotor setiap jam berapa?
Tidak tentu, tapi yang pasti kalau pintu air dibuka langsung ikut sampahnya. Pintu air dibuka setiap ketinggian air tertentu.

Kejadian kemarin, apakah paling parah Pak?
Engga juga, di sini sering (sampah) seperti itu, jadi kami tidak kaget. Biasanya kalau kayak begitu UPK Badan Air langsung pada ke sini bantuin sampai bersih lagi, seperti kemarin itu.

Koordinasinya bagaimana?
UPK wilayah Cideng berkoordinasi dengan wilayah lain untuk meminta bantuan, dan mereka langsung datang ke lokasi. Sebaliknya kalau mereka butuh bantuan, kami yang ke sana.


Udin, petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

(Mgg/M. Fadhilah Hussen/Egy Mahstya)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017