Serang (ANTARA News) - Waktu tempuh jalur penyeberangan Merak-Bakauheni didorong hanya sampai 1,5 jam yang sebelumnya selama dua jam.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo dalam diskusi "Konektivitas Infrastruktur Jawa-Sumatera" di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Senin mengatakan dalam percepatan waktu tempuh didorong sebagai bentuk peningkatan transportasi penyeberangan setelah rencana proyek Jembatan Selat Sunda dinyatakan batal.

"Pernah dibahas mengenai Jembatan Selat Sunda tapi disimpulkan pada awal pemerintahan Jokowi menyatakan tidak bangun Jembatan Selat-Sunda, karena itu kita dorong penyeberangan," katanya.

Untuk mencapai target 1,5 jam, menurut dia, diperlukan kapasitas kapal yang besar, yaitu setidaknya 5.000 GT.

"Dengan kapal yang ukuran besar itu bisa menampung kebutuhan angkutan darat, baik truk maupun bus dan kendaraan pribadi saat puncak," katanya.

Namun, lanjut Sugihardjo, upaya tersebut harua didukung dengan kapasitas dermaga yang bisa disandari kapal besar.

"Kapalnya harus menyesuaikan, kedalaman dermaganya sendiri harus ditambah. Dermaga I tidak bisa menampung kapal 5.000 GT, panjang demaganya juga harus ditambah," katanya.

Dia menyebutkan saat ini, ada enam pasang dermaga yang didorong biasa menampung kapal-kapal besar, sehingga target waktu tempuh 1,5 jam pada 2019 bisa tercapai.

"Kita sudah berikan transisi selama tiga tahun, jadi kapal-kapal yang beroperasi di Merak-Bakauheni harus minimum 5.000 GT, kita standarkan kecepatan minimum dari kapal-kapal itu sendiri, sehingga waktu tempuhnya lebih cepat jadi 1,5 jam," katanya.

Untuk itu, Sugihardjo mendorong operator pelabuhan, yaitu PT ASDP Indonesia Ferry harus segera membangun dermaga tersebut disamping dermaga premium.

"Kalau dermaga I sampai IV itu domainnya ASDP, sementara dermaga premium ASDP bisa bekerja sama dengan mitra," katanya.  

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Gabungan Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Khoiri Soetomo mengatakan untuk mendorong pengusaha dalam pencapaian target tersebut, pemerintah harus segera membangun dermaga yang sesuai dengan kapasitas kapal.

"Saran kami mohon pemerintah segera membangun tambahan dermaga yang mencukupi baik jumlah, kapasitas maupun kualitasnya. Karena tanpa dermaga yang memadai maka secepat dan sebesar apapun kapalnya tetap tidak akan efektif," katanya.

Terkait kecepatan, dia menilai tidak masalah karena saat ini kecepatan minimal sudah 10 knot, sehingga dengan jarak tempuh 15 mil, waktu tempuh bisa 1,5 jam.

"Tetapi masalahnya bukan pada kecepatan kapal saja, namun masalah utamanya adalah dermaga yang harus bergantian karena tidak seimbangnya jumlah kapal dibanding dengan jumlah dermaga. Sehingga semua harus antre untuk sandar karena harus bergiliran," katanya.

Terkait kapasitas kapal, menurut dia hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap waktu tempuh kapal.

"Mengenai kapal minimal 5.000 GT dengan waktu tempuh tidak ada korelasi. GT kapal berkorelasi dengan kapasitaa muat saja," katanya.

Saat ini, Khoiri menyebutkan kapasitaa kapal yang dimiliki beragam, namun kapasitas kapal di bawah 5.000 GT masih banyak dan keterisian masih sekitar 30 persen.

"Saya bermimpi pemerintah membangun pelabuhan penyeberangan yang modern dengan kolam pelabuhan besar, lengkap dengan `break water`, sehingga kapal kapal penyeberangan dengan jumlah besar dan banyak dapat tertampung semua serta relatif mampu melayani dalam berbagai kondisi cuaca, sehingga kejadian kemarin bisa diminimalisasi karena kapal sandar di dermaga yang terlindung dari arus dan ombak yang besar," katanya. 

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017