Kerusuhan dan kemelut politik menyebabkan nyawa hilang dan banyak orang mengungsi,"
Addis Ababa (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Etiopia Hailemariam Desalegn tiba-tiba mengundurkan diri pada Kamis (15/2) dalam upaya yang disebutnya memperlancar perubahan setelah bertahun-tahun mengalami kerusuhan, yang mengancam partai berkuasa di negara kedua terpadat di Afrika itu.

Belum jelas siapa akan menggantikan Hailemariam, yang juga mundur dari ketua koalisi berkuasa berisikan empat partai itu, yang mewakili kelompok suku Etiopia dan memerintah negara tersebut sejak mengalahkan penguasa militer pada 1991.

"Kerusuhan dan kemelut politik menyebabkan nyawa hilang dan banyak orang mengungsi," kata Hailemariam dalam pidato di televisi, yang dikutip Reuters.

Ia menimpali, "Saya melihat pengunduran diri saya sangat penting dalam upaya untuk melakukan reformasi yang akan menghasilkan perdamaian dan demokrasi yang berkelanjutan."

Ratusan orang meninggal di dua wilayah terpadat Etiopia - Oromiya dan Amhara - pada 2015 dan 2016. Penolakan terhadap rencana pembangunan perkotaan untuk ibu kota Addis Ababa memicu unjuk rasa publik melawan larangan politik, perampasan tanah dan pelanggaran hak asasi manusia.

"Sebagian besar kemarahan publik berasal dari fakta bahwa kelompok suku Tigryan, mewakili 6 persen populasi, mengendalikan kepentingan bisnis utama, memegang posisi tingkat senior di pemerintahan dan militer, dan memiliki lahan yang signifikan dengan mengorbankan kelompok etnis lain," kata Ahmed Salim, wakil presiden di firma penasihat global Teneo, dalam catatan singkat.

Beberapa perusahaan asing diserang dalam kekerasan tersebut, yang mengurangi kepercayaan investor terhadap negara dengan ekonomi terbesar dan tercepat di Afrika Timur itu dan memicu perpecahan dalam koalisi penguasa negara mengenai cara terbaik untuk mengakhiri kerusuhan tersebut.

Hailemariam, mantan dekan universitas berusia 52 tahun, mengatakan bahwa dia akan tetap sebagai perdana menteri dalam kapasitas sementara hingga Garda Demokratik Revolusioner Rakyat Etiopia (EPRDF) yang menjalankan pemerintahan dan parlemen negara tersebut menunjuk seorang perdana menteri baru.

Koalisi penguasa telah menerima pengunduran dirinya, menurut media yang yang berafiliasi dengan negara tersebut. Tidak segera jelas kapan perdana menteri baru akan diumumkan. Partai tersebut rencananya akan menggelar kongres bulan depan.

Terdapat tekanan untuk anggota kelompok etnis Oromo untuk mendapatkan jabatan tersebut, menurut seorang sumber yang dekat dengan anggota partai penguasa dan seorang pengamat yang paham dengan wilayah tersebut. Saat ini, menteri luar negeri adalah anggota etnis Oromo paling senior di pemerintahan.

Pengunduran diri Hailemariam mengikuti perombakan dalam keputusan partai yang dimulai pada November dan mengesampingkan sejumlah anggota senior, termasuk janda mantan perdana menteri. Sejak Januari, pemerintah telah mempercepat reformasi, melepaskan lebih banyak lagi dari 6.000 tahanan politik.

Sebagian besar tahanan dibebaskan, termasuk tokoh oposisi terkenal dan wartawan, yang ditahan karena tuduhan terlibat dalam unjuk rasa besar tersebut.

Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018