Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan adanya kenaikan alokasi subsidi energi pada 2018 karena kenaikan harga minyak dunia secara rata-rata telah melebihi asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 48 dolar AS per barel.

"Kami kemarin sudah menghitung dengan Menteri ESDM dan Menteri BUMN mengenai kebutuhan tambahan subsidi," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani mengatakan kenaikan subsidi energi akan mencakup tambahan subsidi solar untuk Pertamina. "Subsidi solar dalam UU APBN ditetapkan Rp500. Itu dilihat dari situasi hari ini tidak memadai. Ini kami sedang menghitung kira-kira. Usulan sudah kami terima dan akan dilaporkan ke DPR," katanya.

Selain itu, kenaikan subsidi energi juga terkait dengan penyesuaian harga batu bara di pasar domestik (DMO) untuk bahan bakar pembangkit listrik yang dikelola oleh PLN.

Terkait hal ini, Sri Mulyani memastikan pemerintah telah menghitung seluruh potensi penerimaan pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang hilang dari pengusaha batu bara.

"Karena berarti perusahaan batu bara diharuskan menjual dari harga yang sama dengan DMO, yang berarti di bawah harga pasar, kami juga sudah menghitung itu," katanya.

Ia mengatakan keseluruhan tambahan subsidi energi yang dibutuhkan akan terlihat setelah laporan semester pelaksanaan APBN 2018 disampaikan ke DPR.

Dia juga memastikan kenaikan subsidi tidak akan mengganggu neraca Pertamina maupun PLN serta tetap bisa menjaga defisit anggaran yang ditetapkan 2,19 persen terhadap Produk Domestik Bruto dalam APBN.

"Kita akan melakukan seluruh kebijakan ini dalam rangka untuk menjaga sisi makro policy tetap kredibel dan stabil, fiskalnya tidak mengalami erosi kepercayaan dan tetap sehat APBN-nya," kata Sri Mulyani.

Saat ini subsidi energi dalam APBN 2018 ditetapkan Rp94,53 triliun yang mencakup subsidi bahan bakar minyak Rp46,9 triliun dan subsidi listrik Rp47,7 triliun.

Berdasarkan penghitungan sementara pemerintah, subsidi untuk solar diproyeksikan naik menjadi Rp700 per liter sampai Rp1.000 per liter dari saat ini Rp500 per liter.

Sementara itu, harga minyak dunia per Februari 2018 mencapai rata-rata sebesar 61,61 dolar AS per barel, lebih tinggi dari asumsi APBN sebesar 48 dolar AS per barel.

Baca juga: Usulan baru subsidi energi 2018 Rp94,4 triliun
 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018