Bandung (ANTARA News) - Kandidat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengusulkan pembuatan aplikasi penanganan bencana Cekungan Bandung untuk memonitoring segala aktifitas alam yang berpotensi membahayakan masyarakat.

"Saya mengusulkan ada aplikasi yang memonitor tentang air di Cekungan Bandung, setiap ada informasi kenaikan permukaan air dapat diinformasikan melalui hp-nya masing-masing. Sehingga warga bisa berinisiatif menyelamatkan diri dan harta bendanya lebih dini," ujar Ridwan Kamil saat berkunjung ke komunitas peduli bencana, Yayasan Rancage Jaga Balai, di Majalaya, Kabupaten Bandung, Rabu.

Dalam kampanyenya kali ini, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, ingin mengetahui sejauh mana penanganan bencana yang dilakukan masyarakat, termasuk berkunjung ke komunitas Yayasan Rancage Jaga Balai.

Yayasan Rancage yang berdiri sejak 2014, memiliki 18 alat pencegahan bencana berbentuk Automatic Weather Station (AWL) dan Automatic Water Level Recorder (AWLR). Kedua alat tersebut dipasang di titik-titik rawan untuk memantau awan dan tinggi muka air di Kabupaten Bandung.

Peralatan yang dibuat atas kerjasama antara ITB dan Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat ini, dalam keadaan siaga. Alat-alat tersebut memberikan informasi kepada pusat komando Jaga Balai, yang memberikan informasi tindakan apa yang harus dilakukan dalam rencana kontijensi dan rencana operasi tanggap daruratnya.

Emil mengapresiasi langkah komunitas Yayasan Rancage Jaga Balai yang sigap dalam memberikan informasi kebencanaan di Cekungan Bandung khususnya Kabupaten Bandung, sebagai antisipasi dini adanya potensi bencana.

Kata dia, Apa yang sudah diupayakan oleh Jaga Balai di Majalaya, tinggal disempurnakan dan diadaptasi di wilayah Cekungan Bandung lainnya di Jabar.

"Cara ini nanti diduplikasi di seluruh wilayah cekungan Bandung. Ikhtiar yang saya lakukan adalah memastikan Perpres pengelolaan cekungan Bandung harus turun sehingga bisa mengatur masalah kebencanaan secara taktis," kata dia.

Sementara itu penasihat Yayasan Jaga Balai, Denni Hamdani, mengatakan penanganan bencana selama ini masih bersifat sporadis kepada pasca bencana saja.

"Penanganan bencana masih kepada bagi-bagi bantuan dan evakuasi saja, padahal Early Warning System (EWS) ini dapat menyelamatkan ribuan warga," kata dia.

Menurut Denni, dalam penanganan bencana, pemerintah dinilai belum punya rancangan rencana kontijensi dan rencana operasi tanggap darurat.

"Selama ini malah kita yang bikin secara swadaya ke titik-titik rawan," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018