Jakarta (ANTARA News) - Ketika petahana calon presiden memilih calon wakil presiden, elektabiltas sang calon wakil presiden tidak lagi menjadi pertimbangan utama, contohnya kasus Boediono dalam Pemilu Presiden 2009. Boediono dipilih SBY sebagai cawapres walau dari sisi elektabilitas, saat itu posisi Boediono rendah.

Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Senin, mengatakan, tiga figur yaitu Airlangga Hartarto, Moledoko, TGB Zainul Majdi memperoleh angka tertinggi dari kategori pengembangkan survei LSI yaitu tentang indeks kelayakan cawapres.  

Indeks kelayakan cawapres ada enam kriteria menjadi indikatornya. Indikator itu yaitu elektabilitas, dukungan partai, kemampuan memerintah, akomodasi kelompok politik, kesesuaian personalitas dengan capres yang bersangkutan dan kemampuan membawa dana kampanye.

Setiap indikator diberi nilai 1 sampai 10. Semakin tinggi skor semakin baik sang calon wapres.

LSI Denny JA lalu mengundang 30 panelis untuk memberikan penilaian ahli dan skor, sehingga membuat nilai rata-rata dari skor itu.

Hasil penilaian itu cukup menarik. Untuk calon wapres bagi capres Jokowi, dibagi ke dalam tiga latar belakang. Dari latar belakang partai politik, Airlangga Hartarto dari Golkar di rangking satu. Kemudian diikuti oleh Budi Gunawan dan Puan Maharani dari PDIP.

Diari latar belakang militer, Moeldoko mendapatkan skor tertinggi diikuti oleh Agus Harimurti Yudhoyono, dan Gatot Nurmantyo. Kemudian dari latar belakang tokoh Islam, skor tertinggi diraih TGB Zainul Majdi, diikuti Muhaimin Iskandar dan Romy (Muhammad Romahurmuziy).

Adjie menambahkan, jika capresnya Prabowo, skor indeks kelayakan calon wapres tertinggi adalah Ahmad Heryawan, Muhaimin Iskandar, TGB Zainul Majdi.

Selanjutnya jika Gatot Nurmantyo yang menjadi capres, indeks skor kelayakan cawapres tertinggi adalah Muhaimin Iskandar, diikuti Agus Harimurti Yudhoyono dan Ahmad Heryawan.

LSI Denny JA juga menemukan Jokowi tetap sebagai capres tertinggi dengan elektabilitas 46 persen. Namun ditemukan 5 alasan yang dapat membuat elektabilitas Jokowi goyah. Antara lain isu Tenaga Kerja Asing, ketidak puasan ekonomi terutama isu lapangan kerja dan Islam Politik.

Survei LSI Denny JA dilakukan tanggal 28 April- 5 Mei 2018. Total responden di 34 provinsi, sebanyak 1.200 orang. Metodologinya menggunakan multistage random sampling melalui wawancara tatap muka dan kuesionert dengan margin of error 2,9 persen.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018