Sidoarjo (ANTARA News) - Stok beras yang disimpan di Gudang Bulog Divre Jatim sebanyak 260.000 ton atau cukup sampai dengan sepuluh bulan ke depan, sehingga masih aman menjelang pelaksanaan Idul Fitri 2018.

Kepala Bulog Divre Jatim Mohammad Hasyim, Kamis mengatakan, salah satu cara supaya stok beras tersebut tidak menumpuk maka ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, seperti memasok kebutuhan beras untuk wilayah luar Jatim.

"Kami memasok kebutuhan beras untuk wilayah luar Jatim seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, Ambon, Sulawesi Tenggara dan juga sebagian beras yang ada di gudang kami juga dikirimkan ke Sumatera," katanya di sela menerima kunjungan rombongan Komisi IV DPR RI di gudang Bulog Subdivre Surabaya Utara di Buduran, Sidoarjo, Jatim.

Ia mengemukakan, selain memindahkan stok beras upaya lainnya yang dilakukan oleh Bulog untuk menjaga kualitas beras adalah denga cara melakuan fumigasi yang dilakukan rutin setiap pekan sampai dengan tiga bulanan.

"Idealnya beras memang harus diganti setiap tiga bulan sekali, karena kalau tidak diganti maka kualitasnya akan turun. Oleh karenanya upaya-upaya tersebut kami lakukan supaya stok beras ini masih dalam kondisi hang bagua dan siap untuk digunakan," ujarnya.

Ia mengakui, banyak stok beras yang disimpan oleh Bulog, karena masa waktu panen dari para petani itu hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja, sehingga harus diserap oleh Bulog.

"Saat ini penyerapan beras Bulog sudah mencapai 33 persen atau sekitar 232 ribu setara beras dari target setahun mencapai 697 ribu ton," ujarnya.

Pihaknya juga terus mengoptimalkan keberadaan rumah pangan kita (RPK) sebagai upaya untuk menyalurkan beras di masyarakat.

"Target kami akan ada sebanyak 25 ribu RPK yang ada di Jatim dari yang sudah ada saat ini sebesar 5.200 RPK yang sudah ada," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Anggota DPR RI Oo Sutisna mengaku apa yang sudah dilakukan oleh Bulog Jatim ini sudah bagus dan sesuai dengan peruntukannya.

"Saat ini sudah cukup tersedia, dan sudah bagus," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018