Kinshasa, RD Kongo (ANTARA News) - Korupsi memang menyengsarakan orang banyak, bahkan merugikan negara. Republik Demokratik Kongo misalnya, kehilangan sedikitnya 15 miliar dolar AS atau setara Rp211,2 triliun setiap tahunnya gara-gara korupsi, demikian diungkapkan Emmanuel Luzolo Bambi selaku penasihat anti-korupsi Presiden Joseph Kabila.

Angka itu sungguh ironis, mengingat APBN Kongo 2018 hanya sekira 5 miliar dolar AS atau setara Rp70,4 triliun. Dengan kata lain, kerugian yang ditimbulkan korupsi senilai tiga kali lipat anggaran.

"Ini adalah rahasia umum bahwa korupsi ada dan secara serius menggerogoti institusi," ujar Bambi kepada situs berita PBB Okapi.

"Saya selalu lantang dan jelas mengatakan bahwa setiap tahun kami kehilangan sedikitnya 15 miliar dolar AS dari korupsi dan penyalahgunaan dana publik," katanya.

Baca juga: Soal larangan mantan napi korupsi "nyaleg", Bamsoet sebut KPU langgar UU

Baca juga: Presiden Jokowi bicara soal mantan narapidana korupsi yang "nyaleg"


Kongo, yang dipimpin Presiden Kabila sejak 2001, memiliki reputasi sebagai salah satu negara paling miskin, paling tidak stabil dan terkorup di dunia.

Dalam Indeks Persepsi Korupsi Transparency International 2017, Kongo menduduki peringkat 161 dari 180 negara.

Negara ini memiliki produk domestik bruto (PDB) sekira 40 miliar dolar AS atau sekitar Rp563,3 triliun, demikian AFP.

Baca juga: WHO: kami masih berperang melawan Ebola di Kongo

Baca juga: Kongo hentikan aktivitas wisata setelah insiden pembunuhan

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018