Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memaparkan perubahan eks lokalisasi Dolly kepada para komisioner Komisi Pemilihan Umum dan Pemantau Pilkada dari Luar Negeri di rumah dinasnya, Kamis.

"Mungkin, tadi sudah berputar-putar di Surabaya di antaranya eks lokalisasi Dolly dan beberapa museum di Kota Surabaya," kata Risma dalam sambutannya.

Hadir dalam acara tersebut Ketua KPU RI Arief Budiman, jajaran KPU Jawa Timur dan KPU Kota Surabaya serta para pemantau Pilkada dari luar negeri.

Para pemantau Pilkada dari luar negeri itu di antaranya berasal dari Thailand, Amerika Serikat, Sri lanka, Malaysia, Taiwan, Denmark, Timor Leste dan beberapa negara lainnya.

Menurut dia, ketika hendak menutup kawasan eks lokalisasi Dolly, pemkot mendata ada sebanyak 6 ribu wanita tuna susila di kawasan eks lokalisasi Dolly.

Mulai tahun 2012, lanjut dia mereka diberi pelatihan tergantung permintaan mereka masing-masing, ada yang diberi pelatihan menjahit, handycraf dan kuliner.

"Baru setelah dua tahun, tepatnya 2014, kami melakukan penutupan," ujarnya.

Saat ini, sebut dia kondisi di Dolly sudah berubah menjadi lebih baik dan bebas prostitusi. Sebagian besar warganya sudah mulai bergerak menjadi pelaku usaha dan beberapa produknya sudah tembus nasional maupun internasional.

"Salah satu produknya adalah batik yang rutin diambil oleh para desainer nasional. Bahkan, setiap minggunya, rata-rata 1-3 ribu sandal hotel keluar dari Dolly," kata dia.

Selain itu, Risma memaparkan tentang kondisi Kota Surabaya yang semakin nyaman dan hijau karena banyak dibangun taman-taman dan sarana olahraga bagi warganya. Bahkan, Kota Surabaya kini sudah hampir terbebas dari banjir.

"Dulu waktu awal-awal saya menjabat, hampir 50 persen kota Surabaya banjir, sekarang sudah tinggal 2-3 persen yang banjir. Mudah-mudahan tahun ini bisa segera kami selesaikan, sehingga Surabaya terbebas dari banjir," jelasnya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018