Damaskus, Suriah (ANTARA News) - Gerilyawan di empat kota kecil di Provinsi Daraa, Suriah Selatan, menerima untuk menyerahkan senjata mereka dan melancarkan proses perujukan dengan pasukan Pemerintah Suriah, yang telah melancarkan serangan luas di daerah di dekat perbatasan Jordania tersebut.

Kota kecil itu --yang akan menyaksikan penyerahan diri gerilyawan ke militer-- adalah Taibeh, Saida, Um Al-Mayathin dan Nasib, tempat penyeberangan perbatasan dengan Jordania berada dan diberi nama dari nama kota kecil tersebut.

Prestasi itu dicapai saat sebagai hasil dari apa yang dikatakan pemerintah sebagai upaya perujukan, yang berlangsung berbarengan dengan aksi militer terhadap gerilyawan di pinggir Daraa.

Sementara itu, stasiun televisi negara menayangkan rekaman video singkat, yang memperlihatkan orang sedang menyeru militer Suriah di Kota Kecil Ibta di pinggir utara Daraa.

Pilihan militer dan upaya perujukan di Daraa bertujuan membersihkan provinsi tersebut dari gerilyawan, terutama saat militer mengamankan seluruh Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan daerah sekitarnya baru-baru ini.

Daraa penting sebab kota itu hanya berjarak 100 kilometer di sebelah selatan Damaskus dan memiliki pos perbatasan dengan negara tetangga Suriah, Jordania.

Militer Suriah, yang menyebutnya perang selatan, memerangi gerilyawan di pinggir Daraa, Sweida dan Provinsi Quneitra di dekat Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam.

Daraa juga memiliki kepentingan simbolik sebab kota tersebut adalah tempat kelahiran perang Suriah, yang meletus pada 2011, dan mengamankannya akan menjadi kemenangan besar buat militer Suriah sebab gerilyawan telah menggunakan perbatasan Jordania untuk memasukkan senjata dan petempur selama perang Suriah.

Sebelum dimulainya serangan militer di Daraa, Rusia --sekutu utama Suriah di kancah internasional-- berusaha melancarkan upaya perujukan dengan gerilyawan di Suriah Selatan di tengah pembicaraan dan koordinasi dengan Israel serta AS.

Namun, serangan tersebut dimulai dengan militer mengerahkan balabantuan sebab pembicaraan itu tak membuahkan hasil. Pemerintah Suriah menuduh Israel menggagalkan pembicaraan untuk menyelesaikan keadaan di Suriah Selatan dan juga menuduh Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, menghalangi kelompok lain gerilyawan untuk menerima perujukan dengan pemerintah.

Pemerintah telah berulangkali menuduh Israel mendukung gerilyawan ultra-radikal di Suriah Selatan dan juga menuduh Jordania membantu gerilyawan.

Tapi tampaknya tindakan militer di Daraa telah mendorong gerilyawan menjadi lebih praktis dalam menangani keadaan dan mulai menyerahkan diri kepada militer.

Pada Rabu, media negara menyatakan 1.000 orang di pinggir Daraa menyerahkan diri kepada militer, termasuk petempur gerilyawan dan pengelak wajib militer.

Kalau gerilyawan sepenuhnya menyerah di Nasib, pemerintah dapat memiliki akses untuk pertama kali di tempat penyeberangan perbatasan dengan Jordania setelah kehilangan akses ke tempat itu selama bertahun-tahun.

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018