Lima, Peru (ANTARA News) - Pada tahun 2015, citra satelit mendeteksi pembukaan hutan hujan baru di sebuah cagar alam yang berada jauh di dalam Amazon.

Dalam beberapa bulan, pihak berwenang di Peru telah menggusur para penambang liar yang mendorong penggundulan hutan tersebut.

Hal itu menjadi sebuah kemenangan langka di wilayah yang tengah menghadapi masalah pembukaan hutan akibat penambangan emas.

Tanggapan cepat dimungkinkan berkat penggunaan teknologi satelit yang lebih baik, yang sekarang memungkinkan untuk melacak penggundulan hutan dalam waktu dekat.

Kemajuan ini memberikan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pemerintah untuk mengambil tindakan, kata Matt Finer, penulis utama dari sebuah makalah tentang tren di edisi terbaru "Science".

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebelum mempelajari titik deforestasi baru, kini pihak berwenang dapat melacak hanya dalam beberapa minggu atau bulan.

"Sebagian besar negara tropis sekarang tidak dapat mengelak dengan alasan tidak memiliki informasi, atau kami tidak memiliki informasi tepat waktu," kata Finer, seorang spesialis penelitian di organisasi Amazon Conservation.

Satelit secara bertahap telah menangkap gambar-gambar hutan tropis dunia lebih sering dan rinci. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti di University of Maryland mengembangkan pranata peringatan dini otomatis untuk memberi tahu pihak berwenang tentang kemungkinan hilangnya hutan, kata Finer.

Algoritma dapat menyaring data dengan menunjuk ke pola yang sangat mengganggu, seperti hilangnya tutupan hutan hijau di dalam lindung yang dilindungi atau garis yang menunjukkan jalan baru yang dibuat melalui hutan hujan primer, kata Finer.

Daniel Castillo, kepala tim di Kementerian Lingkungan Peru yang menggunakan teknologi itu mengatakan, pencarian tentang deforestasi sejak dini dapat mencegahnya bertindak di luar kendali. Dia menunjuk pada perluasan penambangan emas ilegal di Peru Selatan yang sekarang menjadi pendorong utama perekonomian kawasan itu.

"Sekarang jauh lebih rumit untuk dikendalikan. Jika kita dapat mengidentifikasi lebih awal, dan mengambil tindakan yang sesuai, maka dapat dikendalikan," katanya.

Peringatan pranata Penemuan dan Analisis Lahan Global (GLAD) yang dikembangkan di University of Maryland kini mencakup lebih dari 20 negara dengan hutan tropis, kata Finer.

Peru dan Brasil juga telah mengembangkan pranata deforestasi peringatan dini mereka sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, tambah Finer.

Castillo mengatakan timnya menganalisis peringatan deforestasi berdasarkan gambar Landsat yang diambil setiap 8-10 hari, dan melewati tren mengkhawatirkan kepada pihak berwenang di kementerian lain.

"Kami memiliki semua alat untuk dapat mengetahui kapan fenomena semacam ini terjadi, kami hanya benar-benar membutuhkan tindakan yang efektif," kata Castillo dilansir Reuters.

(Uu.R029/M016)

Pewarta: ANTARA
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018