Bekasi (ANTARA News) - Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menilai kehadiran sejumlah perusahaan finansial teknologi (fintek) nasional sampai saat ini belum dirasakan pengaruhnya secara signifikan oleh sistem perbankan konvensional.

"Kalau sekarang, pengaruhnya perusahaan fintek belum signifikan dirasakan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional," kata Wakil Ketua Kompartemen Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Syahril T Alam di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu.

Menurut dia, pasar BPR konvensional maupun BPR Syariah mayoritas adalah pelaku usaha kecil menengah yang membutuhkan permodalan rata-rata di bawah nilai transaksi Rp50 juta, sementara perusahaan fintek pasarnya cenderung nasabah pribadi.

Namun demikian, seiring dengan perkembangan pasar, bukan hal yang tidak mungkin fintek juga menyasar pasang BPR maupun BPR Syariah sehingga pihaknya masih melihat fintek sebagai ancaman usaha bagi pihaknya.

"Karena itu, bank yang saat ini masih bergerak di jasa peminjaman tersebut harus menyesuaikan zaman ke depannya," katanya.

Syahril mengingatkan, agar BPR konvensional maupun BPR Syariah mulai menyesuaikan dari sistem tradisional menjadi sistem berbasis teknologi yang modern.

Alasannya, pemanfaatan teknologi oleh masyarakat saat ini semakin berkembang pesat akibat pengaruh pasar ponsel pintar.

"Perusahaan jasa butuh teknologi, agar bisa bersaing untuk memperkuat jaringan," ujar pria yang juga Direktur Utama BPR Syariah Patriot Kota Bekasi ini.

Ia memprediksi, perusahaan fintek pada 2023 akan tumbuh sangat pesat.

"Karena itu, persiapan dari sekarang dianggap cukup penting, sehingga ketika perusahaan fintek mulai menjamur, maka BPR konvensional dan syariah yang masih menggunakan sistem konvensional bisa saja gulung tikar," katanya.

Meskipun pihaknya tengah mengupayakan peralihan ke sistem teknologi modern, namun Asbisindo tetap akan menjaga budaya positif layanan secara konvensional.

"Pelayanan paling yang saat ini dicari nasabah adalah kemudahan dalam memberikan pinjaman. Tapi, tentunya tidak mengabaikan sistem keamanan untuk menagih angsuran pinjaman itu sendiri," katanya.

Sementara itu, hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama BPR Dana Karunia Sejahtera, Dhirun.

"Sampai tahun ini kehadiran fintek belum mempengaruhi bisnis usaha kami meskipun pertumbuhan perusahaan ini sempat lesu di periode 2016-2017," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya masih yakin dengan sistem konvensional perusahaannya akan terus eksis, bahkan bisa bersaing dengan perusahaan fintek.

"Pasar kami beda dengan perusahaan fintek," ujarnya.

Ia mengatakan, persaingan usaha justru nampak dari perbankan umum yang memberikan bunga rendah.

"Kami masih menyasar kalangan nasabah yang ditolak oleh perbankan umum karena kekurangan persyaratan administrasi. Kami memberikan fasilitas tidak terlalu sulit seperti bank umum," ujarnya.

Ia menambahkan, BPR yang didirikan sejak 2011 itu saat ini telah memiliki pertumbuhan aset mencapai Rp58,4 miliar.

Sedangkan, aset kredit mencapai Rp41 miliar dari target Rp70 miliar.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018