Ketika mitigasi prabencana dilakukan dengan baik bila gempa datang kerugian akan lebih kecil
Padang (ANTARA News) - Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Dr Badrul Mustafa mengingatkan pentingnya dilakukan mitigasi prabencana di daerah rawan gempa untuk meminimalkan korban jiwa.

"Ketika mitigasi prabencana dilakukan dengan baik bila gempa datang kerugian akan lebih kecil," katanya di Padang, Jumat.

Ia menyampaikan mitigasi prabencana terbagi dua,yakni mitigasi fisik dan non fisik.

Mitigasi fisik adalah memastikan bangunan yang ada memenuhi standar, terutama bangunan untuk kepentingan publik yang terhimpun orang dengan jumlah yang banyak, katanya

Mitigasi non fisik adalah membangun kapasitas masyarakat dalam merespons bencana yang  datang, sekaligus mengurangi kerentanannya, lanjut dia.

Menurut dia jika masyarakat sudah memahami pentingnya mitigasi prabencana ini maka bangunan yang dibuat akan ramah gempa.

Ia memberi contoh saat Sumbar diguncang gempa pada 2009 maka seharusnya setelah kejadian itu semua bangunan yang dibuat sudah harus memenuhi standar ramah gempa.

Akan tetapi ia menemukan berdasarkan laporan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unand yang melaksanakan KKN Tematik Kebencanaan di sebuah desa di Pariaman, masih ditemukan bangunan yang tidak memenuhi standar yang ada.

Tidak hanya itu juga dijumpai masyarakat membangun rumah tidak melalui orang yang kompeten dan semuanya diserahkan kepada tukang.

Bahkan, ada rumah yang tadinya tidak bertingkat, kemudian dijadikan bertingkat di bagian belakang dan urusan ini juga diserahkan kepada tukang bukan kepada insinyur teknik sipil yang paham struktur bangunan.

Kalau begini, bangunan yang dihasilkan tidak sesuai standar, bangunan yang tidak memenuhi standar berisiko hancur oleh gempa sedang dan kuat, ujarnya.

Selain itu Badrul menyarankan agar pembangunan konstruksi rumah sakit sekolah dan sekolah harus lebih kuat dari bangunan lain agar lebih tahan gempa karena fungsi dua bangunan tersebut amat vital.

Dua bangunan itu harus kuat, sekolah jadi tempat generasi penerus belajar, mereka harus mendapat prioritas keselamatan, sedangkan rumah sakit perannya vital jika ada korban setelah gempa akan diobati di sana, kata dia.

Menurut dia di Jepang konstruksi rumah sakit dan sekolah setara kekuatannya dengan istana negara karena pentingnya bangunan tersebut.

Baca juga: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi peroleh penghargaan terbaik dunia
Baca juga: 30 juta orang latihan hadapi bencana pada Hari Kesiapsiagaan Bencana


Untuk sekolah selain bangunannya harus kokoh jika terjadi tsunami setelah gempa tentu dapat dimanfaatkan sebagai lokasi evakuasi sementara jika bangunannya dibuat bertingkat, katanya.

Sementara untuk rumah sakit selain melindungi pasien yang sedang dirawat juga dapat dijadikan sarana evakuasi dan pusat penanganan korban.

Oleh sebab itu pelaksana proyek pembangunan rumah sakit dan sekolah harus memahami soal ini sehingga kualitas bangunan yang dibuat benar-benar kokoh dan tidak ada anggaran yang disunat, ujarnya.

 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018