Depok (ANTARA News) - Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Muhammad Anis di Balai Sidang UI kampus Depok, Rabu, mengukuhkan dua guru besar tetap dari Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

Guru Besar yang baru dikukuhkan yaitu Prof Dr Ir Sunaryo, MSc dalam bidang Teknik Perkapalan dan Prof dr Meiwita P Budiharsana, MPA, PhD dalam bidang Ilmu Biostatistik dan Kependudukan.

Prof Sunaryo merupakan Guru Besar Tetap ke-59 di FTUI. Dalam paparan pidato pengukuhan berjudul Industri Perkapalan Terintegrasi dengan Pendekatan Pembangunan Kapal Multi Galangan dan Penerapan Metode Modularisasi Konstruksi, Sunaryo mengatakan industri perkapalan merupakan yang sangat kompleks karena merupakan tempat terjadinya proses perangkaian produk dari berbagai industri seperti industri bahan baku, industri komponen, industri penunjang dan industri jasa.

"Sejumlah pendekatan inovatif untuk meningkatkan daya saing industri perkapalan nasional dengan Industri Perkapalan Terintegrasi menggunakan Metode Pembangunan Kapal Multi Galangan, dan metode modularisasi konstruksi kapal," katanya.

Ia mengatakan Kapal Multi Galangan sangat sejalan dengan upaya meningkatkan daya saing industri perkapalan nasional dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yakni dengan menerapkan pembangunan kapal standar dan seri dalam jumlah banyak yang dapat menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia.

Galangan kapal sebagai industri inti cukup berkonsentrasi pada core businessnya saja yakni memproses struktur dan memasang komponen sehingga pembangunan blok pada galangan akan jauh lebih cepat karena unit-unit kapal dikerjakan secara paralel dalam waktu yang bersamaan, dan rantai pasok industri dapat dipersingkat serta disederhanakan.

Sedangkan Prof Meiwita yang merupakan Guru Besar ke-34 di FKM UI menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Pencegahan: Investasi Terbaik Kesehatan Perempuan.

Ia mengatakan semua investasi upaya kuratif bertujuan untuk mengurangi penderitaan akibat kesakitan/penyakit yang sudah diderita, namun kenyataannya, upaya-upaya pencegahan semakin sering tidak diterapkan dalam program pelayanan kesehatan dasar di Indonesia.

Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 proyeksi jumlah penduduk perempuan tahun 2018 sekitar 131 juta penduduk dan lebih dari setengahnya (sekitar 71 juta) adalah perempuan usia subur (PUS) berusia 15 hingga 49 tahun.

Jumlah penduduk perempuan akan terus mengalami peningkatan, dan diperkirakan mencapai 160 juta orang pada tahun 2045, saat kita merayakan 100 tahun kemerdekaan. "Sangat tidak bijak jika pemerintah masih bertumpu pada upaya pengobatan kuratif untuk menurunkan angka kematian ibu," ujarnya.

Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang dilakukan dapat diimplikasikan kepada para perempuan terutama ibu agar memiliki perubahan sikap dan perilaku agar menjadi lebih sadar dan peduli akan kesehatan, sehingga dapat menurunkan tingkat AKI (Angka Kematian Ibu).

Saat ini, keadaan justru terbalik, pemerintah mengharapkan sukses penurunan AKI dari upaya kuratif yang sudah 30 tahun tidak menunjukkan ukuran sukses yang nyata. 

Ia menambahkan jika segala investasi besar ke upaya pengobatan kuratif selama 30 tahun ini diinvestasikan ke upaya pencegahan dan promotif berkualitas dengan jumlah dana yang sama, dirinya yakin hasilnya akan berbeda. Bukan hanya penurunan AKI tetapi juga perubahan sikap dan perilaku perempuan.

"Diharapkan dengan semakin cerdasnya perempuan, dapat memberikan dampak yang lebih permanen pada keluarga dan masyarakat untuk diturunkan ke generasi berikutnya, di mana kesejahteraan dan kesehatan perempuan merupakan cermin (indikator) kesejahteraan negara," ujar dia.

Baca juga: UI kukuhkan guru besar komputer dan manajemen

Baca juga: UI tambah dua guru besar Fakultas Teknik



 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018