dengan RRI Net, kami sedang dan akan memenuhi kebutuhan publik yang besar
Jakarta  (ANTARA News) -  Radio Republik Indonesia memperkenalkan paltform baru yaitu RRI Net yang menggabungkan siaran radio yang divisualkan sebagai rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 perusahaan itu.

Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) Mohammad Rohanudin di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya mengembangkan RRI Net sebagai upaya adaptasi di era konvergensi namun tidak berarti akan meninggalkan karakter sebagai radio dan tidak akan membuat televisi.

"Tapi dengan RRI Net, kami sedang dan akan memenuhi kebutuhan publik yang besar. RRI juga tidak ada niat bersaing dalam konteks pertelevisian di Tanah Air," katanya.

Ia mengatakan pihaknya menghadapi tantangan digitalisasi media dimana hampir 80 persen pengguna ponsel pintar adalah masyarakat pada kelompok milenial.

Menurut dia, segmen inilah yang harus dimasuki RRI sehingga wajib mulai secara cepat memenuhi kebutuhan multiplatform agar bisa merebut pangsa pendengar sebanyak-banyaknya.

"Ini juga berarti merebut pendengar sebanyak-banyaknya sehingga peran RRI semakin bisa dirasakan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada publik," katanya.

RRI Net bisa diakses dari laman RRI Play dan rri.co.id yang seluruh perilaku siarannya direpresentasikan dalam format karakter radio.

Platform baru itu merupakan cara yang dikembangkan untuk mengadaptasi perilaku orang mendengar radio yang kini bisa dilakukan melalui ponsel pintar.

Radio pelat merah itu kini bersiaran di 97 stasiun radio dengan Programa 3 memiliki 222 jaringan serta telah mengembangkan portal rri.co.id, RRI 30 Detik termasuk Be Young dan aplikasi resmi RRI Play.

Berbagai program menarik pun dikembangkan termasuk dengan menggandeng publik figur sebagai penyiar termasuk Alya Rohali.

Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso melihat fenomena RRI yang mengembangkan platform konvergensi sebagai langkah yang tepat.

"Apa yang dilakukan RRI sudah `on the track` agar pendengarnya bisa lebih menikmati layanannnya dalam berbagai platform. Di sisi lain RRI punya kesempatan lebih luas kalau bisa melibatkan komunitas-komunitas. Sebab dengan kekuatan personal radio, RRI bisa sangat bermanfaat bagi komunitas-komunitas," katanya.

Sementara CEO Suara Surabaya Media Errol Jonathan melihat RRI sebagai radio tertua di Indonesia memiliki pengalaman panjang sebagai radio terbesar dengan jaringan terluas serta tanggung jawab kepublikan yang tidak dimiliki oleh stasiun radio swasta manapun.

"RRI tidak sedang bersaing dengan siapa-siapa, dia bersaing dengan dirinya sendiri agar bagaimana tetap aktual, adaptif, dan mampu bersinergi. Apa yang dilakukan RRI dengan konvergensi media ini merupakan upaya untuk mengaktualkan dirinya sehingga bisa memperlihatkan dia bukan radio yang sekadar tua tapi bisa diterima siapapun," kata Erol.

Pemenang dari Belanda

Pada HUT ke-73, radio tersebut menggelar kuis untuk pendengar melalui saluran Voice of Indonesia yang disiarkan secara streaming melalui internet ke seluruh berbagai belahan dunia dengan menjawab pertanyaan tentang Indonesia.

Pemenang kuis Voice of Indonesia tahun ini yakni Peter Pius Antonius Kerkhof dari Belanda, Hammer Dionisio Sia dari Filipina, dan Rasheem Ben Brahem dari Tunisia

"Kuis VOI disebarkan ke seluruh negara melalui streaming. Mereka menjawab. Dan dari jawaban itu diperiksa lalu diundi. Ini sebagai diplomasi publik kebudayaan Indonesia kepada dunia. Tiga pemenang ini kami undang ke Indonesia agar mereka dapat melihat langsung negara kita," kata Direktur Program dan Produksi RRI Soleman Jusuf.

Salah seorang pemenang, Peter Kerkhof mengatakan, bahwa dirinya sangat senang mendengarkan informasi tentang Indonesia, sehingga ketika mendengar ada kuis di saluran VOI yang rutin ia dengarkan di radio, dirinya langsung berpartisipasi.

Ia tidak menyangkan bisa menang dan akhirnya bisa diundang serta hadir di Indonesia sebuah negara yang selama ini ia kagumi dan ia pelajari kebudayaannya saat masih duduk di bangku sekolah.

Baca juga: RRI gelar Konser Kebangsaan dalam bingkai kemajemukan

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018