selama perputaran, satelit obervasi akan menangkap gambar, baik dalam bentuk optikal, radar maupun suhu panas/dingin di suatu wilayah.
Jakarta, (Antara News) - Managing Director dan Head of Sales Arianespace untuk wilayah Asia-Pasifik, Vivian Quenet, mengatakan Indonesia sangat membutuhkan satelit observasi, tidak hanya untuk mitigasi bencana tetapi juga untuk masa evakuasi.

"Satelit observasi tentu saja sangat membantu.  Misalnya, setelah terjadi gempa bumi anda bisa melihat apakah permukiman tersebut masih utuh atau rusak sepenuhnya, sehingga bisa mengetahui kemana harus mengirimkan bantuan," kata Vivian dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Vivian menjelaskan satelit observasi atau pengamat bumi dapat berputar mengikuti pola orbit dan kembali ke posisi semula dalam 24 jam.

Selama perputaran tersebut, satelit obervasi akan menangkap gambar, baik dalam bentuk optikal, radar maupun suhu panas/dingin di suatu wilayah.

Dalam kaitannya dengan mitigasi bencana alam, satelit observasi dapat menangkap gambar dengan posisi wilayah yang sama selama 24 jam sehingga jika terjadi gempa bumi dan tsunami, akan terlihat perbedaan kondisi tempat tersebut sebelum dan sesudah bencana.

Pada masa evakuasi bencana, satelit observasi amat diperlukan untuk mengetahui wilayah mana yang paling membutuhkan pertolongan, sehingga jumlah sumber daya dan bantuan yang dikirim akan lebih efektif.

Gambar dari satelit, khususnya dengan resolusi mencapai 40 centimeter, dapat memperlihatkan kondisi jalan, perumahan, hingga para korban.

"Untuk pemulihan bencana, kita tentu perlu melihat di mana kerusakan infrastruktur itu, tapi di sisi lain sumber daya yang dimiliki terbatas, sehingga bisa diputuskan ke mana bantuan dikirim, daerah mana yang paling membutuhkan bantuan," kata dia.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018