permasalahan defisit transaksi berjalan telah lama menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan. Defisit transaksi berjalan terjadi ketika impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor, sehingga pasokan valuta asing menjadi defisit
Jakarta, (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan gejolak pelemahan nilai tukar akan lebih besar dialami oleh negara berkembang yang memiliki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

"Memang negara-negara berkembang yang defisit itu lebih besar gejolaknya, tetapi yang penting pemerintah dan BI sudah bersatu padu supaya CAD ini bisa berkurang," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa permasalahan defisit transaksi berjalan telah lama menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan. Defisit transaksi berjalan terjadi ketika impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor, sehingga pasokan valuta asing menjadi defisit.

Mirza menyebutkan defisit transaksi berjalan selama ini disebabkan disebabkan karena ada upaya mendorong pembangunan infrastruktur, sehingga impor yang tumbuh adalah untuk sektor produktif.

Ia berpendapat pemerintah dan otoritas terkait perlu menunjukkan kepada investor bahwa pasar finansial produktif dan Indonesia berupaya mengendalikan CAD melalui pariwisata, pengendalian impor, dan pemberian insentif ekspor.

"Bahwa kita bersahabat pada penanaman modal asing yang berorientasi ekspor dan bisa mengendalikan impor-impor yang tidak mendesak," ujar dia.

Mirza berharap volatilitas nilai tukar di negara-negara berkembang dapat selesai pada semester I tahun depan.

Dalam dua tahun terakhir (2016-2017), defisit transaksi berjalan mencapai sekitar 17 miliar dolar AS. Defisit tersebut mampu diimbangi oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial pada kisaran 29 miliar dolar AS.

Selama semester I-2018, defisit transaksi berjalan telah mencapai 13,7 miliar dolar AS, terdiri dari 5,7 miliar dolar AS pada triwulan I-2018 dan 8 miliar dolar AS triwulan II-2018. Defisit transaksi berjalan diprediksi mencapai 25 miliar dolar AS sepanjang 2018.

Ekspor barang pada semester I-2018 mencapai sekitar 88,2 miliar dolar AS, namun impor cukup tinggi mencapai 85,6 miliar dolar AS. Sementara surplus neraca transaksi modal dan finansial hanya mencapai 6,5 miliar dolar AS.

Baca juga: Kurs dolar AS kian perkasa, yen dan mata uang lainya anjlok
Baca juga: Transaksi antarbank, Kurs rupiah anjlok jadi RP15.139

Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018