Palu (ANTARA News) - Anak-anak asal Desa Lolu yang tinggal sementara di Lapangan Bumi Jaya, Desa Mpanau, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengaku membutuhkan perlengkapan belajar dan hiburan selama hidup di pengungsian. 

"Bantuan ada beberapa datang, makanan, air bersih, obat-obatan, tetapi tidak ada alat belajar dan mainan, bosan di pengungsian," kata Fadil Afit (11), siswa kelas 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inpres Lolu saat ditemui di pengungsian, Minggu. 

Fadil yang saat ditemui bersama anak-anak di pengungsian, Farel dan Abdul Talib, mengatakan, kalau ada buku bacaan dan alat tulis, ia dapat mengisi waktu dengan belajar daripada hanya berdiam diri di pengungsian. 

"Sekolah rusak, rumahku juga hancur, tidak ada perlengkapan belajar, hilang semua," kata Fadil. 
 
Pengungsi anak-anak asal Desa Lolu saat ditemui di posko pengungsian usai men di Lapangan Bumi Jaya, Desa Mpanau, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, Minggu (7/10). (Genta Tenri Mawangi)


Di samping perlengkapan belajar, Abdul Talib atau yang ingin disapa Olo (10), juga mengaku, mainan seperti bola plastik atau alat mewarnai akan membuat anak-anak sepertinya tidak lagi trauma mengingat gempa bumi yang meruntuhkan rumahnya, Jumat (28/9). 

"Saya takut kadang kalau malam hari, tetapi siang-siang tidak lagi, bisa bertemu teman, kalau ada bola bisa main-main di sini (lapangan Bumi Jaya), atau gambar-gambar," sebut Olo. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan setidaknya 20 ribu guru dan 100 siswa terdampak bencana gempa dan Tsunami di Kota Palu. 

Ia mengatakan, pihaknya berencana mengumpulkan guru-guru untuk diberi pendampingan serta motivasi agar dapat kembali bertugas. 
Setidaknya ada lebih dari 20 anak-anak dari Desa Lolu yang mengungsi di Lapangan Bumi Jaya setelah gempa menghancurkan hunian, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), dan fasilitas publik seperti jalan dan sekolah. 

Jalan menuju ke Desa Lolu dan posko pengungsian, hingga Minggu, tampak rusak, tetapi masih dapat dilewati kendaraan roda dua dan empat. 
 
Jalan Raya Palu-Pololo, akses utama menuju Desa Lolu dan posko pengungsian di Desa Mpanau di Kabupaten Sigi penuh retak di tepian dan tengah jalan, sehingga pengendara harus ekstra waspada agar tidak tergelincir. (Genta Tenri Mawangi)


Retakan cukup parah di bagian sisi dan tengah jalan, dan permukaannya tidak rata. 

Alhasil, para pengendara yang melintas harus ekstra waspada agar ban motor atau mobilnya tidak tergelincir akibat jalan retak. 

Gempa bumi dan gelombang Tsunami menghantam Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong, Jumat (28/9). Hingga hari ini ada 1.944 korban meninggal, 2.549 luka-luka, dan 683 korban hilang. 

Proses evakuasi hingga hari kesembilan bencana masih dilakukan, khususnya di wilayah paling terdampak di Petobo dan Perumahan Balaroa, serta wilayah lain di Kabupaten Sigi dan Donggala. 

Baca juga: 50 hunian sementara akan dibangun di Desa Lolu
Baca juga: Sebagian guru di Palu sudah siap mengajar lagi
Baca juga: Anak korban bencana Palu ingin kembali bersekolah

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018