Industri pengolahan sawit selama ini mampu berkontribusi signifikan bagi Indonesia karena sebagai produsen dan eksportir terbesar dunia
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian terus memacu program hilirisasi di sektor industri minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) guna mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. 

 

“Industri pengolahan sawit selama ini mampu berkontribusi signifikan bagi Indonesia karena sebagai produsen dan eksportir terbesar dunia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.

 

Menperin menyampaikan hal itu usai mendampingi Presiden Joko Widodo pada pembukaan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 & 2019 Price Outlook di Nusa Dua, Bali.

 

Program peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri tersebut, telah menghasilkan kinerja gemilang yang terlihat dari indikator rasio ekspor produk hulu dengan produk hilir yang semula 60 persen : 40 persen pada tahun 2010 bergeser menjadi 22 persen : 78 persen di 2017.

 

Kemenperin mencatat, komoditas kelapa sawit, CPO dan produk turunannya menjadi pemasok utama terhadap kinerja ekspor nasional dengan nilai sebesar 22,97 miliar dolar AD pada 2017 (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel). 

 

Capaian ini membuat Indonesia dapat menguasai 52 persen pasar ekspor minyak sawit di dunia.

 

“Ekspor produk berbasis kelapa sawit yang didominasi oleh produk hilir bernilai tambah tinggi ini menjadi salah satu penopang perolehan devisa negara dan berperan penting dalam menjaga penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,” papar Airlangga.

 

Bahkan, dengan menghasilkan 42 juta ton minyak sawit per tahun, Indonesia berkontribusi hingga 48 persen dari produksi CPO dunia. Selain itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja sebanyak 21 juta orang baik secara langsung maupun tidak langsung.

 

Saat ini, anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) lebih dari 644 perusahaan yang tersebar merata di provinsi penghasil kelapa sawit, seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

 

“Indonesia berpeluang menjadi pusat industri pengolahan sawit global untuk keperluan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan,” ujar Menperin.

 

Selain pengembangan produk hulu seperti CPO dan crude palm kernel oil (CPKO), ada tiga jalur hilirisasi industri CPO di dalam negeri yang masih potensial untuk terus  dikembangkan.

 

Pertama, hilirisasi oleopangan (oleofood complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleopangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product). 

 

Berbagai produk hilir oleopangan yang telah dihasilkan di Indonesia, antara lain minyak goreng sawit, margarin, vitamin A, vitamin E, shortening, ice cream, creamer, cocoa butter atau specialty-fat.


Baca juga: Incar devisa, Holding BUMN Perkebunan genjot ekspor cpo
Baca juga: Tingkatkan devisa, Kemenperin pacu hilirisasi industri CPO


 

Kedua, hilirisasi oleokimia (oleochemical complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara oleokimia, oleokimia dasar, sampai pada produk jadi seperti produk biosurfaktan (seperti produk detergen, sabun, dan shampoo), biolubrikan (biopelumas) dan biomaterial (contohnya bioplastik).

 

Selanjutnya, hilirisasi biofuel (biofuel complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel sampai pada produk jadi biofuel seperti biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain. 

 

Terkait dengan hilirisasi biofuel, saat ini pemerintah tengah serius untuk menerapkan program biodiesel 20 persen (B20) secara penuh di Indonesia, dan memperluas penggunaan B20 di semua kendaraan bermotor.

 


 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018