Jakarta (ANTARA News) - Di hadapan guru, murid, dan wali murid SDIT Ar Rahman, Petukangan Utara, Jakarta, 3 November 2018, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) menguji kemampuan guru, murid, dan wali murid SDIT Ar Rahman, tentang adanya kata iman, takwa, dan akhlak mulia di dalam UUD NRI Tahun 1945.

"Di pasal berapa dan ayat berapa?" tanya Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid di hadapan guru, murid, dan wali murid SDIT Ar Rahman, Petukangan Utara, Jakarta, Minggu.

Untuk menyemangati dalam pertemuan serap aspirasi itu HNW akan memberi hadiah umroh bila ada yang bisa menjawab dengan cepat dan tepat,

"Tetapi harus jujur. Tidak boleh nyontek dari Google. Kalau nyontek Google, umrohnya naik Google," gurau Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Gontor itu.

Mendapat pertanyaan yang demikian, para guru dan wali murid, bergumam, berpikir, sambil bisik kanan, bisik kiri. Di antara mereka ada yang mengangkat tangan dan siap menjawab pertanyaan.

"Iya pasal dan ayatnya tepat yang anda sebutkan", ucap HNW.

Sayangnya mereka yang menjawab tak mampu melafalkan atau membunyikan pasal dan ayatnya dengan tepat.

Setelah semua menyerah dari pertanyaan yang dilontarkan, HNW akhirnya melafalkan Pasal 31 ayat 3 UUD: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."

Dari pasal dan ayat ini, pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu menuturkan peran para pendidik dalam memenuhi amanat pasal dalam UUD itu sungguh luar biasa. Diharap para pendidik bisa memastikan bahwa apa yang dilakukan harus bermuara pada terciptanya iman, takwa, akhlak mulia, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk itulah pendidik harus mengawal agar pendidikan nasional tak menyimpang dari tujuan.

"Pendidikan yang ada jangan malah menggerus iman dan takwa", ujarnya.

Ditegaskan pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi insan yang beriman, takwa, cerdas, dan akhlak mulia.

"Bukan justru melahirkan individu-individu atheis, liberalis, komunis, dan terlibat LGBT", HNW mengingatkan.

Dirinya mengapresiasi apa yang dilakukan Yayasan Al Romliyah dan lembaga-lembaga pendidikannya. Hadirnya Ar Rahman dan Al Romliyah disebut sebagai bukti umat Islam tidak pernah berhenti menjalankan ajaran Alquran, Sunnah Nabi, dan ajaran para ulama ahlus sunnah wal jamaah yang tidak pernah berhenti belajar, mengajar serta menghadirkan inovasi strategis.

"Membawa peningkatan kualitas guna menghadirkan masyarakat unggul terbaik", paparnya.

Apa yang dilakukan Ar Rahman dan Al Romliyah sesuai dengan tuntunan Nabi. Diuraikan, Muhammad SAW tak pernah berhenti belajar dan menjadi pendidik atau pengajar.

"Belajar dan mengajar merupakan melanjutkan keteladanan Nabi", paparnya.

Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018