Jakarta (ANTARA News) - Sirine berbunyi selama sekitar 60 detik di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada Sabtu pagi. Sekitar pukul 08.15 WIB.

Bunyi sirine pada 10 November 2018 tersebut menjadi penanda dan pengingat perang yang digelorakan arek-arek Surabaya pada tanggal yang sama 73 tahun lalu.

Merdeka atau mati, demikian pilihan kata yang digunakan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah pada 10 November 1945. Pada masa 73 tahun lalu, ribuan orang kehilangan nyawanya dalam pertempuran di Surabaya.

Kini perang fisik telah berhenti. Tidak ada lagi, bom yang jatuh di negara ini. Tidak ada lagi teriakan hidup atau mati.

Namun gelora perjuangan di Surabaya, tak pernah padam, diperingati setiap tahun oleh bangsa ini.

DI zaman Indonesia modern ini, Hari Pahlawan dimaknai beragam oleh warga bangsa.

Presiden Joko Widodo yang memperingati Hari Pahlawan di Bandung, misalnya, memaknai Hari Pahlawan sebagai semangat untuk memajukan bangsa, setelah perjuangan fisik selesai. "Semangat untuk memajukan bangsa ini, semangat untuk membuat negara ini maju, semangat berinovasi, semangat berkreasi, semangat berkarya, semangat bekerja, semangat optimis," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi peringati Hari Pahlawan di TMPN Cikutra


Presiden menjadi inspektur upacara di Taman Makam Pahlawan Nasional Cikutra. Kemudian melanjutkan hari itu dengan mengikuti acara Bandung Lautan Sepeda di Gedung Sate.

Presiden yang menaiki sepeda onthel warna hitam, mengenakan pakaian safari pejuang kemerdekaan berwarna cokelat lengkap dengan peci dan sarung pistol. Tanda kepangkatan serta badge merah putih tak ketinggalan menghiasi pakaian.


Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan makna peringatan Hari Pahlawan di masa kini adalah untuk memajukan bangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan persatuan masyarakat Indonesia.

"Kepahlawanan masa lalu ialah membebaskan bangsa ini dari penjajahan, kepahlawanan pada dewasa ini ialah memajukan bangsa ini, meningkatkan kecerdasan, pendidikan, kemakmuran dan keadilannya," kata Wapres JK, saat menghadiri acara Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI), di Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta.

Upaya untuk mencapai kemajuan bangsa tersebut, dimulai dari semangat para pemuda, khususnya mahasiswa, seperti yang dilakukan pejuang pada tahun 1945, kata Wapres.
Di Taman Makam Pahlawan, Wakil Presiden melaksanakan tabur bunga kepada para pahlawan yang telah gugur, antara lain,  makam para pahlawan revolusi, Jenderal TNI Ahmad Yani, Letjend TNI R Suprapto, Letjend TNI S Parman, Letjend TNI MT Haryono, Jenderal Besar TNI AH Nasution, Mayjend TNI Sutoyo Siswiharjo, Wakil Presiden RI ke- 3 Adam Malik, Wakil Presiden RI ke-5 Letjend TNI H Shoerdarmono, Ainun Habibie dan Wakil Presiden ke-4 Umar Wirahadikusumah.
Baca juga: Wapres: Makna Hari Pahlawan untuk kemajuan bangsa

Semangat memenangkan persaingan

Gubernur Jawa Timur Soekarwo memaknai semangat kepahlawanan dengan bertarung dalam pasar internasional di bidang perekonomian sehingga tidak hanya menjadi pasar, tapi ikut andil dan berkompetisi.

"Jangan sampai kita menjadi pasar bagi produk-produk luar negeri," ujarnya usai menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Pahlawan di Tugu Pahlawan, Surabaya.

Menurut dia, jika potensi lokal ingin maju maka tantangannya adalah mengembangkan produksi dan bertarung dalam pasar internasional.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa pada saat ini semangat kepahlawanan harus dirumuskan dengan pandangan yang baru karena zaman telah dan terus berubah. Anak-anak muda tidak perlu berjuang dengan mengangkat senjata. Cukup melakukan hal-hal hebat dan kreatif untuk bangsa ini dengan memanfaatkan teknologi. Bila dulu berperang menggunakan senjata, generasi milenial cukup menggunakan teknologi informasi dan internet, katanya.

Menurut Anas, Hari Pahlawan harus dimaknai sebagai spirit bagi generasi muda untuk mengisi kemerdekaan dengan cara-cara kekinian sesuai dengan era revolusi industri 4.0.

Bupati Anas mengatakan di era baru seperti sekarang ini, senjata yang harus digunakan oleh anak muda dalah kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa.


Makna Pahlawan
Aktor muda Indonesia Aliando Syarief memandang bahwa pahlawan merupakan sosok yang berjasa bagi bangsa dan negara.

"Makna pahlawan itu merupakan orang yang berjasa bagi bangsa," ujar Aliando Syarief.

Bintang muda yang memerankan karakter Ali dalam film drama remaja terbaru "Asal Kau Bahagia" juga mengungkap bahwa sosok pahlawan harus diapresiasi oleh seluruh generasi.
Baca juga: Makna pahlawan bagi Aliando Syarief

Sementara itu, Dewa Dayana, aktor muda putra Nia Paramitha dan Gusti Randa, mengatakan pahlawan tidak hanya diidentikkan dengan orang-orang yang pernah berjasa besar bagi bangsa. Namun orang-orang yang memiliki jasa kecil yang sangat berpengaruh bagi orang lain, juga kedua orang tua bisa dianggap sebagai pahlawan.

"Bagi saya pahlawan dalam hidup saya adalah orangtua, papa dan mama saya," ujar Dewa Dayana.

Pemeran karakter Dewa dalam film remaja terbaru "Asal Kau Bahagia" itu menjelaskan bahwa orang tua akan selalu ada, baik dalam kondisi senang, susah maupun sedih.

"Mungkin mereka pernah membuat saya tidak senang, tapi mereka tidak akan kemana-mana dan akan selalu membantu saya. Menurut saya arti pahlawan itu adalah kedua orangtua saya," ujar Dewa.
Baca juga: Pahlawan sesungguhnya menurut aktor muda Dewa Dayana

Puri Alvita siswi SDN 025 Cikutra yang turut dalam barisan upacara Peringatan Hari Pahlawan di TMPN Cikutra Bandung, mengatakan, pahlawan adalah orang-orang yang mengharumkan nama bangsa. Dengan mengikuti upacara peringatan hari pahlawan, merupakan salah satu kegiatan untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selamat Hari Pahlawan. Merdeka!

 

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Budi Setiawanto
Copyright © ANTARA 2018