Industri vaksin di Indonesia merupakan satu dari 30 yang diakui WHO
Jakarta  (ANTARA News) - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Rahman Roestan mengatakan sejumlah negara di Timur Tengah tertarik untuk melakukan alih teknologi produksi vaksin dari Indonesia.

 "Kami diminta transfer kemampuan kita agar diadopsi Arab Saudi untuk produksi vaksin. Artinya vaksin Indonesia sudah dipercaya," kata Rahman ditemui di sela The 1st Meeting of the Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from the Organization of Islamic Cooperation Member States di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kapasitas Bio Farma dalam memproduksi vaksin dan produk bioteknologi lainnya sudah baik sehinga diminati negara-negara di Timur Tengah dan kawasan itu.

 Otoritas Saudi saat ini sudah meneken kerja sama terkait alih teknologi vaksin. Selain Saudi, dia mencontohkan negara Islam lain mulai menjajaki proses transfer of knowledge tersebut seperti Maroko, Tunisia, Senegal, juga Turki.

"Penjajakan itu dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam memproduksi dan mendirikan pabrik obat tentu feasibility harus masuk dan tidak bisa dilakukan secara instan," kata dia.

Rahman menyambut positif niatan dari sejumlah negara untuk alih teknologi itu. Karena dengan semakin meratanya kemampuan produksi vaksin oleh anggota OKI maka akan mewujudkan kesehatan yang baik di negara-negara tersebut.

Dia mengatakan, terdapat 57 negara anggota OKI dan belum banyak yang bisa memproduksi vaksin dan obat secara mandiri.

Dampaknya, anggota OKI yang sebagian adalah negara berkembang dan tertinggal harus mengeluarkan dana yang besar untuk belanja produk farmasi. Padahal, negara tersebut memerlukan dana untuk membangun sektor lainnya.

Setidaknya, kata dia, ada 100 industri vaksin di dunia dengan 30 di antaranya diakui oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Industri vaksin di Indonesia merupakan satu dari 30 yang diakui WHO.

 "Ini bukan sekadar produknya yang berstandar tapi juga fungsi pengawasan farmasi di Indonesia sesuai standar WHO. Pengakuan WHO pada kualitas dan pengawasannya," kata dia.

 Dia mengatakan terdapat tujuh negara OKI yang memiliki pabrik vaksin dengan dua di antaranya diakui Badan Kesehatan Dunia WHO, yaitu Senegal dan Indonesia.

Kendati demikian, kata dia, Senegal hanya memproduksi vaksin yellow fever dengan area distribusi untuk Afrika Barat dan Afrika Tengah. Sementara Indonesia mengekspor 12 jenis vaksin ke 49 negara Islam. Total terdapat 141 negara tujuan ekspor vaksin dari Indonesia.

 Hal itu menandakan teknologi vaksin belum merata di negara-negara OKI sehingga kepemimpinan Indonesia  bisa membawa pemerataan kemampuan produksi vaksin di negara-negara Islam.

 Atas hal itu, dia mengatakan Bio Farma siap mendampingi negara-negara OKI agar dapat mandiri dalam produksi vaksin.  

Baca juga: Negara OKI hadapi tantangan sediakan obat-vaksin halal
Baca juga: BPOM: teknologi vaksin Indonesia unggul di kalangan OKI
 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018