Aden, Yaman (ANTARA News) - Pertempuran berlangsung terus antara kedua pihak yang berperang di Yaman kendati perundingan yang difasilitasi oleh PBB diluncurkan di Swedia pada Kamis (6/12), kata beberapa sumber lokal.

Seorang perwira militer mengatakan kepada Xinhua bahwa bentrokan bersenjata meletus antara pasukan propemerintah dan gerilyawan Syiah Al-Houthi di jalan masuk menuju Provinsi Adh-Dhalea di bagian selatan negeri tersebut.

Lebih dari 10 gerilyawan Al-Houthi dan tiga prajurit yang setia kepada pemerintah dukungan Arab Saudi tewas sementara beberapa orang lagi cedera, kata perwira tersebut --yang tak ingin disebutkan jatidirinya.

Di Kota Al-Hudaydah di pantai Laut Merah, Brigade Eimlaq terlibat dalam baku-tembak melawan gerilyawan Al-Houthi yang berusaha memasuki daerah yang dikuasai pemerintah di Kabupaten Hays.

Satu sumber militer mengatakan petempur Al-Houthi tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata sementara dan terus mengincar daerah yang dikuasai pemerintah dengan menggunakan bom mortir dan roket.

Kantor berita resmi Yaman, Saba, melaporkan bom yang ditembakkan oleh gerilyawan Al-Houthi mendarat di satu pusat perbelanjaan di Al-Hudaydah, sehingga mengakibatkan kerusakan dan kepanikan di kalangan warga.

Sementara itu, jaringan televisi Masirah --yang berafiliasi kepada Al-Houthi-- melaporkan petempur kelompok yang didukung Iran tersebut menyerang tempat tentara Arab Saudi berkumpul di Wilayah Jizan di bagian barat-daya Yaman dengan menggunakan rudal rakitan.

Media lokal, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang, melaporkan bahwa pemimpin senior kelompok Al-Houthi mengancam akan sepenuhnya menutup bandar udara Sana`a, yang dipandang sebagai jalur penting bantuan kemanusiaan dan saat ini digunakan untuk pengiriman bantuan mendesak, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Menteri Luar Negeri Yaman Khaled Yamani, yang memimpin tim perunding pemerintah di Swedia, menuntut gerilyawan Al-Houthi agar sepenuhnya mundur dari Kota Pelabuhan Laut Merah Al-Hudaydah dan menyerahkan senjata mereka.

Beberapa pengamat berpendapat gerilyawan Al-Houthi takkan menerima untuk menyerahkan senjata mereka dan beberapa prasyarat menunjukkan semua pihak masih belum memiliki keinginan baik untuk mencapai kesepakatan perdamaian.

Pembicaraan perdamaian yang ditaja PBB untuk membangun kepercayaan di antara pihak yang berperang di Yaman dimulai pada Kamis di Swedia, dalam langkah pertama untuk melanjutkan proses politik yang terhenti pada 2016.

Utusan Khusus PBB Martin Griffiths dalam satu taklimat menyampaikan harapan bahwa kemajuan "serius" ke arah perdamaian dapat dicapai di Swedia. "Saya kira dalam beberapa hari ke depan kita dapat menemukan penyelesaian bagi masalah tertentu yang bisa mengurangi penderitaan," katanya.

Pembicaraan itu diperkirakan berlangsung selama satu pekan, tergantung atas kemajuan konsultasi, kata Hanan Eldawadi, Kepala Pejabat Penerangan Umum di Kantor Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Yaman.

Pihak yang berperang di Yaman telah mengadakan beberapa babak pembicaraan perdamaian sejak konflik meletus setelah gerilyawan Al-Houthi merebut kekuasaan pada penghujung 2014.

Namun, semua pembicaraan ambruk dan gagal mencapai kesepakatan politik, sehingga mengakibatkan kerusuhan lebih lanjut.

Baca juga: 85.000 anak diduga telah meninggal akibat kelaparan di Yaman
Baca juga: Pemberontak Yaman hentikan serangan rudal ke Saudi, siap berdamai



Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018