Jakarta (ANTARA News) - Pluralisme keagamaan bukan sintesisme atau sinkretisme agama-agama yang membawa kepada keyakinan agama bersifat relatif. 

Ketua dan Pendiri CDCC (Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations) Prof. Din Syamsuddin yang menjadi pembicara pada Konperensi Alliance of Virtues, An Opportunity for Peace, di Abu Dhabi, dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan pluralisme atau tepatnya pluralitas keagamaan mengandung arti pengakuan akan keragaman agama.

Din yang berbicara pada sesi bertajuk Religious Pluralisme, Example of National Integration Practices pada Jumat (7/12) menyatakan padanya kemungkinan terdapat nilai etika berbagi (shared ethical values) tentang sesuatu masalah kemanusiaan. 

"Dengan demikian, pluralitas keagamaan mengedepankan koeksistensi damai, toleransi, dan bahkan kooperasi (kerja sama)," kata Ketua Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) itu.

Baca juga: Din Syamsuddin bicara kebutuhan dasar untuk cegah konflik di Dhaka

Baca juga: Din sebut krisis dunia sesungguhnya di aspek moral

Baca juga: Din: Agama miliki masa depan yang baik


 

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018