Tahun ini ada 30 kegiatan SLG di beberapa provinsi yang bertujuan untuk membuka wawasan kegempaan
Jakarta (Antara) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggiatkan Sekolah Lapang Gempa bumi dan tsunami (SLG) untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait gempa bumi dan tsunami.

"Tahun ini ada 30 kegiatan SLG di beberapa provinsi yang bertujuan untuk membuka wawasan kegempaan," kata Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Tiar Prasetya di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan, kegiatan SLG bertujuan menguatkan peran BPBD dan pemangku kepentingan di daerah agar memahami informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunamisehingga dapat memberikan arahan yang benar kepada masyarakat.

"Jadi saat terjadi gempa bumi dan berpotensi tsunami maka pemangku kepentingan sudah mengerti apa yang harus dilakukan dan masing-masing paham tugasnya," kata dia.

SLG menyasar BPBD, masyarakat, sekolah, aparat dan media di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami untuk memahami potensi gempa bumi dan tsunami di wilayahnya.

Selain itu juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami serta memahami pesan BMKG terkait peringatan dini.

Tiar mencontohkan salah satu kegiatan SLG yaitu melakukan permainan kegempaan bagi anak-anak untuk membuka wawasan kegempaan mereka.

SLG telah dilakukan sejak 2015 di 10 kabupaten dan kota,  meningkat menjadi 23 kabupaten/kota pada 2016, satu kota pada 2017 dan di dua kota pada 2018.

Wilayah Indonesia rawan bencana termasuk gempa bumi dan tsunami yang termasuk dalam bencana geologi. Meski jumlah kejadian bencana geologi yang merusak lebih sedikit dibandingkan bencana hidrometeorologi, namun menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa. 

BNPB mencatat terjadi 20 kali gempa bumi yang merusak selama 2018 yang telah menyebabkan 572 orang meninggal, 2.012 orang luka-luka, 483.364 orang mengungsi dan terdampak dan 16.520 unit rumah rusak.

Selain itu, adanya kejadian gempa bumi disusul tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah pada 2018, dimana tercatat 4.231 orang meninggal dunia dan hilang.

Serta tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 akibat longsoran Gunung Anak Krakatau hingga menyebabkan lebih dari 400 orang meninggal dunia.

Baca juga: BMKG pasang pengukur tinggi air laut dekat Anak Krakatau
Baca juga: BMKG tekankan pentingnya penguatan mitigasi gempa

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019