Kenaikan tarif ojek online berpotensi menurunkan permintaan konsumen hingga 71,12 persen
Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset Research Institute of Economic Development (RISED) mengemukakan bahwa kenaikan tarif ojek daring berpotensi mengurangi pengguna, sehingga akan meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi kembali.

"Kenaikan tarif ojek online (daring)  mendorong konsumen kembali menggunakan kendaraan pribadi, sehingga mengdisinsentif penggunaan transportasi publik," kata Ketua Tim Peneliti RISED Rumayya Batubara dalam jumpa pers paparan hasil riset di Jakarta, Senin.

Menurut dia, hal tersebut karena kenaikan tarif berpotensi untuk menggerus permintaan ojek daring karena akan ada konsumen yang enggan menggunakan ojek daring kembali.

Bila memang demikian adanya, maka ke depannya juga akan mendorong kembali konsumen untuk beralih dari menggunakan ojek daring, untuk kembali untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Rumayya yang juga merupakan Ekonom dari Universitas Airlangga itu juga mengatakan bahwa konsumen sangat sensitif terhadap segala kemungkinan peningkatan tarif, yang terlihat dalam hasil survei. 

"Kenaikan tarif ojek online berpotensi menurunkan permintaan konsumen hingga 71,12 persen," ujarnya.

Dari hasil survei yang dilakukan RISED diketahui bahwa jarak tempuh rata-rata konsumen adalah 8,8 km/hari.

Dengan jarak tempuh sejauh itu, apabila terjadi kenaikan tarif dari Rp 2.200/km menjadi Rp 3.100/km (atau sebesar Rp 900/km), maka pengeluaran konsumen akan bertambah sebesar Rp 7.920/hari. 

"Bertambahnya pengeluaran sebesar itu akan ditolak oleh kelompok konsumen yang tidak mau mengeluarkan biaya tambahan sama sekali, dan yang hanya ingin mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp 5.000/hari. Total persentasenya mencapai 71,12 persen," jelasnya.

Pembicara lainnya, mantan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Zumrotin K Susilo menjelaskan, tarif memang selalu menjadi pertimbangan penting konsumen dalam menggunakan layanan atau produk. 

Hal itu, menurut dia, dapat terlihat dari hasil survei yang dilakukan RISED bahwa 64 persen responden mengaku menggunakan aplikasi dari dua perusahaan aplikasi ojek daring.  "Persentase ini menunjukkan layanan ojol (ojek online) amat sensitif dengan harga yang ditawarkan," kata Zumrotin. 

Ia mengingatkan bahwa jika tarif ojek online naik drastis, maka ada kemungkinan konsumen akan kembali beralih ke kendaraan pribadi.

Sementara itu, Ekonom UI Fithra Faisal mengingatkan bahwa peningkatan harga akan berdampak terutama kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang sebagian kerap menjadi pengguna moda ojek daring.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019