Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menilai Festival Cap Go Meh dapat menjadi sarana yang merekatkan masyarakat Indonesia dari beragam latar belakang.

Puan Maharani mengatakan hal itu saat membuka Festival Cap Go Meh Tambora 2019 di Mal Season City, Jakarta, Minggu, seperti dikutip dalam siaran persnya. Hadir pada acara pembukaan festival tersebut antara lain, Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto, serta Anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris, yang juga Dewan Pembina Cap Go Meh.

Festival Cap Go Meh Tambora 2019 yang merupakan festival tahunan itu, tidak hanya menampilkan budaya Tionghoa, tetapi juga budaya nusantara dari sejumlah daerah di Indonesia.

Menurut Puan,  perayaan Cap Go Meh di Jakarta, sudah menjadi tempat pertemuan tahunan masyarakat ibu kota dari beragam latar belakang, tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar-golongan. Hal itu yang mendorong Puan selalu hadir pada perayaan Cap Go Meh. 

Indonesia merdeka, kata dia, bukan hanya untuk satu agama, suku, golongan, atau kelompok tertentu saja, tapi mengakomodasi berbagai suku, sejumlah agama, dan golongan, karena itu Indonesia memegang prinsip bhinneka tunggal ika.
 
Pada kesempatan tersebut, Puan juga berpesan, agar masyarakat Indonesia terus menjaga kesatuan bangsa. "Masyarakat Indonesia harus saling hormat-menghormati, saling  menghargai adanya perbedaan, dan meningkatkan toleransi antarsesama anak bangsa," katanya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI, Charles Honoris menyatakan harapannya, bahwa tahun baru bisa membawa harapan dan semangat baru bagi seluruh masyarakat Jakarta, untuk menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. "Juga semangat baru untuk terus bergotong-royong membangun bangsa," katanya.

Menurut Charles, Indonesia tidak akan bisa seperti hari ini tanpa adanya kerja sama dan gotong royong dari seluruh masyarakat, tanpa membedakan agama, ras, golongan, termasuk masyarakat Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa, kata dia, sudah ada di Indonesia selama ribuan tahun, sehingga budaya Tionghoa tidak terpisahkan dari kebudayaan nasional. "Kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI," katanya.

Caleg PDI Perjuangan untuk DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta ini menambahkan, salah satu tugas menjaga Pancasila adalah, dengan berpartisipasi pada pemilu 2019.

Baca juga: Pedagang sajikan Kue Bulan dan Kerak Telor tandai budaya Tionghoa-Betawi bersatu
Baca juga: Alat musik Gu Zheng ramaikan Festival Pecinan di Glodok

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019