Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Ada yang aneh tapi nyata tentang para pengungsi asal Afghanistan yang kini ditampung di Rumah Detensi Pekanbaru, Riau. Mayoritas dari mereka memiliki tanggal lahir yang sama, yakni 1 Januari, dan pihak Rumah Detensi Imigrasi Pekanbaru menyatakan hal itu bukanlah suatu kebetulan.

Keanehan ini terungkap setelah wartawan ANTARA di Pekanbaru mengikuti beberapa aktivitas pengungsi, Senin. Sebelumnya, pada pekan lalu, pengungsi bernama Basit Ali Sarwari secara sukarela pulang ke negaranya Afghanistan. Saat dilihat identitasnya, tertera lelaki ini lahir pada 1 Januari 2000.

Kemudian, Senin ini, ada dua pengungsi Afghanistan diberangkatkan dari Pekanbaru ke Jakarta untuk menjalani sejumlah tes di Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, untuk mendapatkan penempatan ke negara ketiga.

Pengungsi itu bernama Bakh Begum, 66 tahun, dan anaknya bernama Zulaikha Hassani, 26 tahun. Mereka selama ini tinggal di penampungan Rumah Tasqya, Pekanbaru.

Tanggal berapa mereka lahir? Bakh Begum lahir pada 1 Januari 1953, sedangkan anaknya Zulaikha lahir pada 1 Januari 1993. 

"Setelah dicek memang tanggal kelahiran banyak yang sama, yang beda tahun saja," kata Kepala Rumah Detensi Pekanbaru, Junior Sigalingging.

Ia menunjukkan data pengungsi yang ditampung di Rumah Tasqya, Pekanbaru, sebanyak 146 orang dan hanya 41 pengungsi yang hari lahirnya berbeda. Selebihnya sekitar 90 persen berulang tahun sama, yakni pada 1 Januari.

Pengungsi yang hari ulang tahunnya sama semuanya berasal dari Afghanistan. Tercatat kini masih ada 1.146 deteni yang berada dalam pengawasan Rudenim Pekanbaru. Mayoritas berasal dari Afghanistan. Mereka terdiri dari 1.126 pengungsi, pencari suaka yang sudah pasti ditolak (final rejected person) ada 13 orang, immigratoir ada dua, dan pengungsi mandiri ada lima orang. 

Ditanya alasan bisa terjadi kesamaan tanggal lahir para pengungsi, Sigalingging menduga karena pencatatan hanya berdasarkan pengakuan saja. Mayoritas pengungsi ketika tertangkap tidak memiliki dokumen seperti paspor apalagi akte kelahiran. 

"Ketemu (pengungsi) di laut, diminta data jadi banyak yang sama," katanya. 

Apakah mungkin penyamaan hari kelahiran itu supaya para pengungsi tidak repot saat merayakan hari ulang tahun? "Biar tidak repot merayakan," kata Sigalingging, sambil bercanda.

Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019