Kalau generasi milenial bangga menggunakan sarung dapat membantu memutar roda perekonomian di pelosok daerah
Jakarta (ANTARA) - Perancang busana Samuel Wattimena yang jadi kurator dalam acara Festival Sarung Indonesia 2019 mengaku kesulitan untuk mengkurasi sarung-sarung mana yang layak tampil di festival pertama ini.

Menurut dia, dengan banyaknya ragam, bahan, dan motif sarung sulit untuk menentukan mana yang paling layak. Alih-alih bisa menentukan, perancang busana yang akrab disapa Sammy ini malah tenggelam di keindahan sarung-sarung yang dikurasinya.

"Itu yang menyebabkan saya menyampaikan kepada pak Manila ini even yang tidak mungkin hanya sekali karena terlalu banyak yang ingin kita tampilkan," kata Sammy dalam konferensi pers di Kemendikbud RI, Senayan, Jumat.

Dia pun menyebut bahwa beragam sarung dari ribuan pulau di Indonesia dapat menjadi ragam busana yang fashionable.

"Kalau generasi milenial bangga menggunakan sarung sebagai salah satu fashion item dalam keseharian maka akan dapat membantu memutar roda perekonomian di pelosok daerah, terutama daerah penghasil sarung.

Ketua Umum Panitia Pelaksana Festival Sarung Indonesia IGK Manila menyebut maksud dari festival ini adalah untuk mendukung program pemerintah dalam memajukan Usaha Kecil Mikro dan Menengah di Indonesia, mengingat banyak pengrajin sarung di daerah yang masuk katergori ini.

"Selain itu kami hendak membangkitkan kembali kebanggaan kita terhadap sarung sebagai salah satu identitas budaya," kata Manila dalam konferensi pers di Kemendikbud RI, Senayan, Jumat.

Manila berharap, masyarakat Indonesia terutama yang dekat dengan Jakarta untuk datang ke festival ini dan bersama-sama mengapresiasi sarung yang merupakan bagian dari budaya bangsa.

"Apalagi ini festival sarung terbesar yang baru pertama kali diselenggarakan," kata dia.

Baca juga: Festival Sarung Indonesia upaya kembalikan pamor sarung

Baca juga: Kebanggan pada sarung harus dikembalikan

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019