Jakarta (ANTARA) - "Sebelum berangkat ke Kamboja, saya menyusun periodisasi puncak performa tim ini. Nanti akan mencapai puncaknya di final,"  kata pelatih tim nasional Indonesia U-22 Indra Sjafri selepas pasukan Garuda Muda sukses mengalahkan tuan rumah Kamboja dengan skor 2-0 dalam laga pamungkas penyisihan Grup B Piala AFF U-22 di Phnom Penh, Jumat, 22 Februari 2019.

Hal itu terlontar dari mulut Indra setelah timnya berhasil meraih kemenangan perdana di Piala AFF U-22, yang sekaligus memastikan kelolosan Indonesia ke babak semifinal sebagai penghuni peringkat kedua Grup B.

Hasil tersebut juga merupakan kemenangan perdana Indra semenjak ditunjuk menangani Timnas U-22 pada 20 Desember 2018 silam.

Hasil imbang beruntun dalam tiga laga uji coba di Tanah Air tentu bukanlah modal yang menumbuhkan kepercayaan diri bagi publik sepak bola Indonesia menyongsong kiprah Garuda Muda di Piala AFF U-22.

Keadaan tidak membaik ketika Indonesia terseok-seok di dua laga pertama fase penyisihan Grup B, bermain imbang 1-1 melawan Myanmar sebelum kemudian ditahan imbang Malaysia 2-2.

Dua hasil imbang tersebut membuat nasib Indonesia seolah berada di ujung tanduk ketika melakoni pertandingan ketiga mereka menghadapi Kamboja.

Sebaliknya, pasukan tuan rumah berada di atas angin karena sudah memastikan lolos ke semifinal sebagai juara Grup B berbekal dua kemenangan, 1-0 atas Malaysia dan 2-0 melawan Myanmar.

Sebuah langkah strategis ditempuh Indra untuk susunan pemain melawan Kamboja, yakni menyerahkan palang pintu pertahanan kepada duet Nurhidayat Haji Haris dan Bagas Adi Nugroho setelah di dua laga sebelumnya kapten Andy Setyo Nugroho dan Rachmat Irianto sigap bersiaga.

Duet Yayat --panggilan akrab Nurhidayat-- dan Bagas Adi rupanya sukses membendung daya eksplosif Kamboja yang terlihat di dua laga sebelumnya.

Sementara lini belakang menguat, Indonesia juga membaik di sektor serangan dengan keberhasilan Marinus Wanewar memborong dwigol ke gawang Kamboja. Dua gol yang praktis menjadi penentu langkah Indonesia ke semifinal.

Susunan pemain yang diturunkan melawan Kamboja terus dipertahankan oleh Indra ketika menghadapi Vietnam di semifinal dan Thailand di final.

Kendati tampil di bawah tekanan dan sarat kontak fisik ketika menghadapi Vietnam, sebuah tendangan bebas Muhammad Luthfi Kamal Baharsyah yang melesak ke dalam gawang lawan yang dikawal Phan Van Bieu sukses mengantarkan Indonesia melaju ke semifinal berkat kemenangan 1-0.

Di partai final, Thailand menjadi lawan yang cukup kuat bagi Indonesia, bahkan sempat menimbulkan kekhawatiran saat lagi-lagi kegugupan Garuda Muda mengantisipasi situasi bola mati berujung tandukan kapten lawan Saringkan Promsupa bersarang ke gawang Awan Setho Nugroho pada menit ke-57.

Namun, Indonesia tak membiarkan pasukan Gajah Putih memegang keunggulan dalam waktu lama. Lewat sebuah kesempatan serangan balasan pertama, tendangan spekulasi Sani Rizki Fauzi berhasil membentur pemain lawan sebelum mengecoh kiper Korraphat Nareechan dan masuk ke dalam gawang demi mengubah skor kembali imbang pada menit ke-59.

Tak sampai lima menit berselang, Indonesia justru berbalik unggul saat tendangan bebas Luthfi berhasil disambut oleh Osvaldo Ardiles Haay dengan sundulan di area tiang dekat yang mengarahkan bola menghujam ke sudut tiang jauh, membuat Garuda Muda berbalik memimpin 2-1.

Skor 2-1 bertahan hingga peluit tanda laga usai berbunyi, bahkan setelah Indonesia harus bermain dengan 10 pemain lantaran Bagas Adi menerima kartu merah akibat jegalan dua kaki yang diarahkannya kepada Sakunchai Saenthopho pada menit ke-89.

Dari tepi lapangan, Indra berlari mendekati anak-anak asuhnya, sembari tersenyum bangga membuktikan ucapannya tentang periodisasi puncak performa Timnas U-22.

Disaksikan langsung Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang menyempatkan diri bertolak ke Phnom Penh untuk menonton partai final, Indra mengangkat gelar keduanya di tingkat Asia Tenggara usai menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013 silam.


Lambat tak lagi selamat

Sebagaimana dalam beberapa kesempatan disebutkan, ajang Piala AFF U-22 hanya dianggap sebagai medan percobaan bagi Garuda Muda di tahun 2019.

Namun Indra menegaskan bahwa hasil di Kamboja adalah dorongan moral yang penting bagi Timnas U-22 menyambut tantangan sebenarnya yakni fase kualifikasi Piala Asia U-23 2020 yang bakal dilangsungkan di Vietnam pada akhir Maret 2019.

Indonesia berada di Grup K, grup paling buncit dari 11 grup berisikan 44 negara yang memperebutkan 16 tiket menuju putaran final Piala Asia U-23 2020 yang bakal digelar di Thailand.

Thailand yang merupakan tuan rumah otomatis memperoleh tiket ke putaran final, dengan demikian hanya tersisa 15 tiket yang diperebutkan oleh 43 negara lainnya, karena Pasukan Gajah Putih muda juga ambil bagian dalam fase kualifikasi.

Sebanyak 11 tiket akan diberikan kepada 11 negara juara grup dan lima lainnya dipilih untuk lima negara peringkat kedua terbaik.

Di Grup K, tim besutan Indra akan bertemu dua lawan yang mereka lewati dalam jalur menuju gelar juara Piala AFF U-22, yakni Vietnam dan Thailand. Satu tim lainnya adalah Brunei Darussalam.

Di atas kertas, jika menggunakan hasil Piala AFF U-22 sebagai acuan maka Garuda Muda sudah seharusnya bisa lolos ke putaran final.

Ulangan partai final Piala AFF U-22 bakal menjadi laga pembuka di fase kualifikasi Piala Asia U-23 di Hanoi, Vietna, pada 22 Maret 2019. Indonesia akan menghadapi Thailand dengan beban harus mengulangi sekurang-kurangnya skor yang sama untuk memulai dengan cara terbaik.

Dua hari berselang, Indonesia bakal dihadapkan pada misi balas dendam dari Vietnam sebelum menutup fase kualifikasi dengan meladeni Brunei Darussalam, tim yang di atas kertas paling inferior di Grup K.

Namun, kali ini Indra tidak bisa lagi menggunakan mantra periodisasi puncak performa yang sama saat melakoni fase kualifikasi Piala Asia U-23.

Sebab Indonesia dan Indra hanya memiliki tiga pertandingan untuk dijalani. Awal yang lambat bukanlah jalan menuju keselamatan lagi.


Faktor pembeda

Berharap hasil yang sama dari laga melawan Vietnam dan Thailand di fase kualifikasi Piala Asia U-23 adalah sesuatu yang terlalu naif.

Namun, Indra bisa memperoleh faktor pembeda, jika dan hanya jika Garuda Muda mendapat suntikan tenaga baru yakni kehadiran tiga penggawa pilihan yang tengah berkarier di luar negeri.

Adalah Egy Maulana Vikri yang membela klub Polandia Lechia Gdansk, Ezra Walian (RKC Waalwijk, Belanda) dan Saddil Ramdani (Pahang FA, Malaysia), tiga nama yang selalu menghiasi spekulasi jelang Piala AFF U-22 lalu.

Spekulasi berakhir dengan tak terbitnya izin dari klub ketiganya untuk membela Indonesia di Piala AFF U-22. Indra tak ambil pusing atas hal itu dan menganggapnya wajar karena ajang itu bukanlah turnamen yang masuk dalam kalender resmi FIFA.

Namun ia menegaskan bahwa ketiga pemain tersebut wajib diberi izin oleh klubnya ketika Indonesia mengarungi fase kualifikasi Piala Asia U-23.

Egy dan Saddil adalah nama yang menjadi langganan susunan pemain Indra ketika ia menjalani tenor kedua menangani Timnas U-19.

Praktis kehadiran keduanya akan menjadi faktor pembeda yang mungkin memberikan harapan besar dalam menghadapi kualifikasi Piala Asia U-23.

Ditambah dengan Ezra, yang mungkin memang belum pernah mendapatkan sentuhan Indra, namun mau tidak mau ia harus memberikan kesempatan untuk mencoba, setidaknya selama fase pemusatan latihan (TC) yang dimulai pada 4 Maret 2019.

Lampu hijau sudah didapatkan Egy dan Saddil, sementara Ezra masih menunggu konfirmasi dari RKC Waalwijk.

Semoga periodisasi puncak performa Timnas U-22 di kualifikasi Piala Asia U-23 tidaklah selambat di Kamboja. Namun jika harus selambat itu, setidaknya tetap bisa menghasilkan satu tiket ke putaran final Piala Asia U-23 2020 di Thailand.

Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019