Jakarta (ANTARA News) -- Didorong oleh tingginya prevalensi kanker di Indonesia, BUMN reasuransi, Indonesia Re, bekerjasama dengan Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais memperluas cakupan produk asuransi jiwa dengan meluncurkan asuransi kanker bagi industri asuransi jiwa di Tanah Air. 

"Sudah dipasarkan sejak akhir 2018 dan saat ini sudah ada beberapa perusahaan asuransi yang menggunakannya," ujar Head of Actuarial & Life Portfolio Management Division Indonesia Re Nico Demus saat ditemui di kantor Indonesia Re beberapa saat lalu. 

Selain RSK Dharmais, lanjut Nico, pihaknya juga menggandeng perusahaan reasuransi Jepang, Toa Re. Pasalnya, sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian akibat kanker tertinggi di dunia, Jepang memiliki penetrasi produk asuransi kanker mencapai 20 persen dari jumlah penduduk. "Hal ini lah yang menjadi acuan kami untuk mengembangkan produk asuransi kanker di Tanah Air," tambahnya. 

Menurut data dari WHO, Non Communicable Disease (NCD) Country Profile 2014 Penyakit Kanker di Indonesia menempati peringkat 3 dari daftar penyakit kritis yang banyak menyebabkan kematian. Hal ini didukung oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai rasio 1.400 per 100.000 penduduk atau setidaknya sekitar 347.000 kasus di Indonesia yang sudah terdeteksi. Sementara itu, data dari instansi yang sama pada tahun yang sama, Indonesia berada pada peringkat kedua di dunia sebagai negara dengan tingkat kematian akibat kanker. 

Produk asuransi kanker dinilai sangat dibutuhkan oleh pasar Indonesia, tapi masih sangat sedikit perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan. Adapun perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi jiwa umumnya masih sebatas penawaran manfaat sakit kritis (critical illness) yang memberikan uang pertanggungan sekaligus (lump sum) begitu tertanggung terdiagnosa. 

Bercermin dari kasus-kasus seperti itu, lanjut Nico, pihaknya mengembangkan produk asuransi kanker yang memungkinkan seluruh biaya perawatan tertanggung di-cover sepenuhnya. 

"Kami tentunya ingin tertanggung survive. Oleh karena itu, di produk ini ada biaya perawatan berlanjut, bukan hanya diagnosis," tutup Nico.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019