Ternate (ANTARA) - Para petani di lereng Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), tidak terpengaruh dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Gamalama yang terjadi sejak 1 Maret 2019.

"Kami sudah mengetahui bahwa ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Gamalama, tetapi kami tetap tidak takut ke kebun untuk mengurus tanaman,"kata Ibrahim, salah seorang petani di Ternate, yang memiliki kebun di lereng Gunung Gamalama, Rabu.

Para petani di lereng Gunung Gamalama bersikap seperti itu, karena selain sudah terbiasa menghadapi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Gamalama, juga karena kebun mereka berada jauh ddi lua zona terlarang 1,5 kilo meter dari kawah gunung.

Menurut dia, kalau aktivitas vulkanik meningkat dan kemudian disertai dengan semburan abu vulkanik, seperti yang sering terjadi selama ini, sebenarnya menguntungkan bagi petani, karena abu itu menyuburkan lahan kebun mereka.

Semburan abu vulkanik Gunung Gamalama akan merugikan petani kalau volume abunya banyak dan saat tanaman petani, seperti cengkih atau pala baru berbunga, karena biasanya bunga akan menjadi mati dan akhirnya gagal panen.

Seperti ketika terjadi letusan pada 2011 silam, menurut Ibrahim, saat itu para petani cengkih dan pala, termasuk tanaman bulan di lereng Gunung Gamalama mengalami kerugian karena tanamannya gagal panen akibat terkena abu vulkanik, bahkan banyak tanaman sampai mati.

Sementara itu, dari Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama, diperoleh keterangan bahwa aktivitas vulkanik gunung setinggi 1.700 meter dari permukaan laut itu masih menunjukmen aktivitas vulkanik yang vfluktuati dan statusnya tetap Level II.

Masyarakat di Ternate diimbau untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya dengan berbagai informasi mengenai status Gunung Api Gamalama, kecuali informasi yang dikeluarkan dari Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama atau pemerintah daerah setempat.

Masyarakat, termasuk wisatawan, juga diimbau untuk tidak mendaki di Gunung Gamalama, walaupun status baru waspada Level II, karena karakter gunung itu sering sulit ditebak atau sering menunjukmen perubahan secara cepat. (*)

Pewarta: La Ode Aminuddin

Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019