Jakarta (ANTARA News) – PT Phapros Tbk atau yang tercatat dengan nama PEHA di Bursa Efek Indonesia, terus menorehkan prestasi dengan pertumbuhan yang signifikan di bidang keuangan dan kinerja. PEHA yang saat ini memproduksi lebih dari 200 jenis obat yang terdiri atas obat jual bebas atau OTC dan Obat resep baik Generik ataupun bermerek, telah berhasil menaikan aset perusahaan.

Jumlah aset PEHA terus meningkat selama 3 tahun terakhir. Pada 2016 Rp 883,29 miliar, 2017 Rp1,17 triliun dan pada 2018 Rp1,87 triliun. Pertumbuhan nilai asset pada 2018 tercatat sebesar 58,91 persen atau setara Rp 692,72 miliar.

“Pertambahan asset PT Phapros di 2018 terjadi karena adanya aksi korporasi berupa akuisisi PT Lucas Djaja dan anak perusahaannya di Bandung,” ujar Direktur Utama PT Phapros, Tbk, Barokah Sri Utami atau yang akrab disapa Emmy.

Di bidang kinerja keuangan, laba PEHA naik 6,41 persen dari Rp 125,27 miliar pada 2017 menjadi Rp 133,29 miliar pada 2018. Penjualan bersih atau net sales juga terjadi peningkatan dalam kurun 5 tahun berturut-turut. Pada 2014 tercatat Rp 578,14 miliar, 2015 Rp 691,25 miliar, 2016 Rp 816,13 miliar, 2017 Rp 1,02,13 triliun, dan pada 2018 Rp 1,022,97 triliun.

“Kontributor terbesar penjualan PEHA pada tahun 2018 berasal dari segmen obat generik di mana kontribusinya mencapai lebih dari 50% dari total penjualan,” tambah Emmy.

Pada laba tahun berjalan atau current year profit juga terjadi peningkatan. Pada 2014 sebanyak Rp 44,99 miliar, 2015 Rp 63,01 miliar, 2016 Rp 87 miliar, 2017 Rp125,27 miliar, dan pada 2018 Rp 133,29 miliar. Tak hanya itu di 2018, PEHA berhasil mempertahankan net profit marginnya atau perbandingan laba bersih terhadap penjualan tetap double digit yaitu sebesar 13%.

Kinerja keuangan yang positif ini juga sejalan dengan peningkatan kinerja Tata Kelola dan Kesisteman PEHA, dimana skor KPKU (Kriteria Penilaian Kinerja Unggul) saat ini mencapai 479,75 dan masuk kategori Good Performance Company, selain itu peningkatan skor perolehan GCG sebesar 86,72 pada 2018 yang semula 79,48 pada 2017 juga berhasil diraih. Tidak hanya itu, di 2018 PEHA juga meraih skor atas SMK3 sebesar 88,55 persen dan masuk predikat gold.

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PEHA juga melakukan kegiatan yang sejalan dengan komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) melalui berbagai program CSR nya seperti seperti dengan menggalakkan posyandu utk monitoring gizi buruk atau kasus stunting, pemberdayaan masyarakat melalui UMKM dan mengadakan program pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga sekitar pabrik. Tak hanya itu, PEHA juga mengembangkan kawasan ekowisata Maroon Mangrove Edu Park yang berlokasi di Pantai Maron, Semarang Jawa Tengah.

Outlook PEHA 2019

Pada 2019 ini PEHA berfokus pada pertumbuhan revenue dan laba bersih sebesar Double Digit. Untuk melakukan hal itu, PEHA melakukan beberapa langkah seperti membangun kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik dari dalam dan luar negeri, serta memacu angka bisnis ekspor. PEHA juga berencana melakukan financial action dengan pelaksanaan right issue mencapai Rp1 triliun pada semester II 2019.

Untuk inovasi produk dan pengembangan di 2018, PEHA mengembangkan sediaan farmasi dalam bentuk Carpoule untuk anestesi gigi serta produk anti aging bekerjasama dengan Universitas Airlangga. Selain sediaan farmasi, PEHA juga melakukan pengembangan alat kesehatan diagnostic kit kanker serviks.

Dari sisi pengembangan bisnis anorganik yang tercantum dalam rencana jangka panjang perusahaan, PEHA berencana akan mengakuisisi fasilitas pelayanan kesehatan dan akuisisi manufaktur untuk penambahan portofolio produk.

Tak lupa PEHA juga akan meluncurkan produk baru sebanyak 12 produk pada 2019 ini. Di pengembangan teknologi, PEHA memfokuskan pada Internet of Things untuk operasional marketing dan produksi, serta melakukan integrated system dengan anak perusahaan.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019