Kami juga proaktif melakukan screening (pemeriksaan terukur) kepada warga, mulai di klinik, puskesmas, rumah sakit hingga beberapa sentra layanan publik termasuk di LP Tulungagung
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengidentifikasi sebanyak 284 penderita kasus tuberculosis (TBC) baru selama kurun Januari-Februari 2019.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinkes Tulungagung, Didik Eka, Rabu, di Tulungagung mengatakan upaya pencegahan sampai saat ini terus dilakukan dengan memberikan obat-obatan secara gratis kepada penderita selama kurun enam bulan hingga sembuh total.

"Kami juga proaktif melakukan screening (pemeriksaan terukur) kepada warga, mulai di klinik, puskesmas, rumah sakit hingga beberapa sentra layanan publik termasuk di LP Tulungagung," katanya.

Tahun ini, lanjut Didik, Dinkes Tulungagung meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus-kasus TBC.

Hal itu dikarenakan secara estimasi kasus tuberculosis diprediksi meningkat.

Dua bulan awal 2019 ini saja (Januari-Februari) angka kasus terdeteksi 284 penderita. Dengan kurun yang sama, jumlah itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu (2018), yakni tercatat sebanyak 173 kasus.

"Artinya ada peningkatan sekitar 65 persen," kata Didik.

Didik menjelaskan, pada 2018 untuk incident rate atau angka kesakitan secara nasional wilayah Kabupaten Tulungagung sebanyak 2089 orang.

Namun pihaknya hanya berhasil menemukan 1.216 pasien TBC.

Sedangkan pada 2019 ini incident rate yang ditetapkan sebanyak 2.104 pasien.

"Jika melihat dari angka kesakitan secara nasional, sebetulnya Tulungagung masuk kategori medium. Di tahun ini kami diharuskan menemukan sekitar 2.104 penderita TBC," katanya.

Masih menurut Didik, dari target temuan kasus sebesar 2.104 ini, untuk awal tahun dari hasil screening, pihaknya berhasil menemukan sekitar 284 penderita.

Dari jumlah temuan itu, dua pasien dinyatakan TB resisten obat. Dimana dalam penanganan ini pihaknya harus melakukan pendekatan khusus kepada pasien TB resisten obat.

"Jadi dibutuhkan kemantapan mental untuk pengobatan TB resisten obat. Karena lamanya pengobatan bisa hingga 20 bulan maupun hingga 24 bulan," katanya. 

Baca juga: Kemenkes prioritaskan kasus TBC di daerah padat penduduk

Baca juga: Kerugian ekonomi akibat tuberkulosis mencapai Rp136,7 miliar

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019