Harapannya Freeport bisa melihat kami. Karena kami di Hobong juga butuh bantuan, termasuk kampung-kampung yang ada dipesisir danau Sentani
Jayapura (ANTARA) - Sejumlah warga di berbagai kampung dan distrik yang ada di kabupaten Jayapura, Papua berharap PT Freeport Indonesia bisa memberikan bantuan yang signifikan, bukan saja soal makanan,  tetapi transportasi untuk membantu warga yang terdampak banjir.

Doni Ibo, salah satu warga di kampung Hobong, kabupaten Jayapura, Kamis,  menilai apa yang diberikan oleh perusahaan sekelas Freeport belum bisa memberikan dampak yang nyata bagi korban banjir karena fenomena alam, apalagi kini dampaknya mulai kearah danau Sentani yang ada kampung-kampung di dalamnya.

"Kalau bisa Freeport juga melihat kami yang ada hidup di pinggir danau Sentani. Selain makanan siap saji, kami membutuhkan pelayanan kesehatan dan bantuan lainnya, terutama transportasi," katanya mengeluh.

Ia menilai Freeport telah mengeruk hasil bumi Papua sudah cukup lama, sehingga dana CSR yang ada diperlukan untuk membantu warga yang terdampak banjir, bukan saja dipusatkan di Sentani, tetapi ada distrik lain juga membutuhkan hal yang sama.

"Harapannya Freeport bisa melihat kami karena di Hobong juga membutuhkan bantuan, termasuk kampung-kampung yang ada di pesisir danau Sentani," katanya.

Doni mengaku bantuan makanan siap saji, susu, atau lainnya dari perusahaan penghasil tembaga dan emas terbesar di dunia itu, belum sampai di warga kampung Hobong dan sekitarnya.

Secara terpisah, Goliat Daud Kogoya yang merupakan pengungsi dari lereng Cycloop justeru menilai lain.

"Kami sangat heran, perusahaan besar Freeport yang kaya raya itu sampai hari ini masih juga membagikan bantuan yang jenisnya sama dengan bantuan yang diberikan oleh warga Papua yang bermata pencaharian pedagang kecil di pasar, nelayan dan petani miskin. Pedagang di kios-kios kecil yang tidak terkena banjir memberikan sumbangan mie instant dan air mineral persis sama dengan yang dibagikan Freeport, itukan aneh," katanya.

Menurut Goliat, apabila petani miskin yang tidak terkena musibah bencana banjir sudah terketuk hatinya memberikan sumbangan mie instan dan air mineral, maka perusahaan tambang emas berkelas seperti Freeport itu tidak perlu lagi memberikan makanan murahan kepada para korban banjir bandang yang sedang menderita. Pengungsi membutuhkan tenda, transportasi dan lainnya.

Freeport, kata dia, harus mengambil peran lain yang lebih besar lagi, seperti mendatangkan alat berat berupa eskavator dan dozer untuk memperbaiki jalur banjir di berbagai daerah aliran sungai agar banjir tidak meluap lagi sehingga apabila hujan deras turun lagi, masyarakat luput dari luapan banjir yang sangat ganas itu.

Bila perlu, kata dia, Freeport menyewa helikopter guna melihat warga di berbagai kampung yang ada di distrik Depapre dan Ravenirara, atapun sewa speed boat untuk bantu warga yang ada di pesisir danau Senatani.

“Banyak orang bilang, Freeport itu tidak mau rugi dalam membantu orang yang susah sehingga walaupun rakyat Papua menderita sengsara pun, Freeport tetap membagikan mie cap, indo mie, air mineral, sama seperti yang disumbangkan oleh orang Papua yang setiap hari menjual mie dan telur ayam di kiosnya. Hal ini terjadi karena Freeport tidak paham kebutuhan paling penting dan mendesak dari para koirban banjir. Freeport hanya ikut-ikutan saja, ketika orang membagikan mie, Freeport juga bagi-bagi mie,” katanya.

Sementara itu, salah seorang relawan bencana alam, Florensia Klau Seran menyesalkan tindakan yang dilakukan PT Freeport pada awal terjadinya bencana alam banjir bandang di kabupaten Jayapura.

“Sepertinya, Freeport belum berpengalaman dalam hal menentukan jenis bantuan pada hari pertama pascabencana dan hari kelima usai bencana untuk diberikan kepada para korban. Sangat tidak masuk akal, bencana alam itu terjadi pada Minggu(17/3),  pada keesokan harinya, yakni Senin (18/3), Freeport datang ke lokasi banjir membawa mie instan, beras dan telur ayam tanpa membawa kompor minyak dan peralatan dapur darurat untuk memasak bahan makanan tersebut," katanya

Menurut dia hal itu merupakan salah satu bukti bahwa Freeport belum mempunyai pengalaman memberikan bantuan kemanusiaan saat bencana.

"Saya cuma dengar ada tim khusus yang jago menangani bencana, tetapi kalau hanya lima orang, saya pesimis, tidak sebanding dengan pendapatan Freeport," katanya.

Sebelumnya dua hari lalu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas menegaskan bahwa pihaknya akan terusmem berikan bantuan, tetapi tidak dalam bentuk uang secara tunai, tetapi lebih kepada kebutuhan barang bagi warga yang terdampak banjir bandang.

"Bantuan akan terus kami berikan, tetapi dalam bentuk barang. Yang lainnya tentu akan kami tampung dan pelajari," katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan PT Freeport Jayapura, Sony Worabai yang coba dikonfirmasi lewat pesan singkat media sosial, belum memberikan tanggapan.

Bahkan pesan tersebut, hanya dibaca, tetapi tidak memberikan tanggapan soal harapan masyarakat korban banjir Jayapura kepada PT Freeport Indonesia.
 

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019