Jakarta (ANTARA) - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menyebutkan rencana meliburkan sekolah saat bulan Ramadhan bukan sekadar kebijakan pendidikan, tetapi sebagai strategi kebudayaan.

"Libur lebaran ketika bulan Ramadhan bukan hanya kebijakan pendidikan. Tapi ini bagi kami adalah strategi yang lebih besar. Kami sebutnya sebagai strategi kebudayaan," kata Koordinator Jubir BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, diskusi "Ngopi Bareng dari Seberang Istana bertema Pascadebat Cawapres, Siapa yang dongkrak Calon Presiden?", di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, ada pandangan keliru soal kebudayaan yang dianggap hanya terkait budaya daerah, adat istiadat atau tari-tarian, padahal jika berbicara kebudayaan bangsa, pendidikan dan kesehatan juga termasuk.

"Jadi ada mindset keliru ketika bicara kebudayaan, seolah dipersempit hanya sekitar tentang tari-tarian, tentang ada istiadat. Hanya itu saja. Bicara kebudayaan itu tentu bicara seluruh segmentasi budaya bangsa, terutama pendidikan, kesehatan dan lainnya," papar Dahnil.

Menurut Dahnil, libur satu bulan itu bisa dimanfaatkan peserta didik untuk meningkatkan pemahaman toleransi sesama umat manusia.

Jadi, kata dia, di bulan Ramadhan bukan lagi berdebat soal warung buka atau tidak dan perlunya sweeping atau tidak. Tapi sudah bicara bagaimana fokus belajar agama dalam satu bulan tersebut.

Terkait penghapusan Ujian Nasional (UN) bagi siswa sekolah, kata dia, akan diganti dengan penelusuran minat dan bakat mengingat UN menjadi beban bagi siswa.

"Kita akan menghapus ujian nasional, kita ganti dengan penelusuran minat dan bakat. Jadi kita ingin memastikan bahwa pendidikan kita itu menjadi sarana yang menggembirakan, pendidikan yang menggembirakan. Pendidikan yang mencerahkan, kemudian dia memajukan," ujarnya.

Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, no urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan no urut 02 Prabowo-Sandiaga.
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019