Sedikitnya60 persen masalah kependudukan karena kurangnya pengetahuan.
Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menginginkan agar warga bisa mudah mengurus segala hal terkait dokumen kependudukan karena pengurusannya bisa diselesaikan secara digital.

"Saya menyayangkan masih adanya warga yang harus kerepotan, hanya untuk mengurus dokumen-dokumen kependudukan yang dibutuhkannya. Dengan warga datang ke kantor saja sudah tidak canggih," kata Gubernur Emil, dalam siaran persnya, Jumat.

Gubernur Emil, kemarin, menggelar program “Tepas” atau Temu Pemimpin Aspirasi Masyarakat (Tepas) di Gedung Negara Pakuan Bandung.

Sebagai contoh yang baik, Emil apresiasi Kabupaten Sumedang yang sudah menjalankan program pengiriman dokumen-dokumen terkait kependudukan via pos ke rumah-rumah warga. Sehingga warga tidak perlu bersusah payah ke kantor Disdukcapil hanya untuk mengambil dokumen.

Selain itu, lanjut Gubernur, contoh baik juga dicontohkan Kota Bekasi, yang mengupayakan layanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) secepat layanan pesan antar restoran cepat saji, dengan mengantar cetakan blanko langsung ke rumah pemohon.

Adapun di Kota Bekasi, mekanisme operasional layanan antar itu dilakukan melalui penempatan aparatur Tenaga Kerja Kontrak (TKK) di setiap wilayah Rukun Warga (RW).

"Inilah semangat pelayanan publik di era baru, di mana negara yang mendatangi warga, bukan selalu warga yang mendatangi negara," katanya.

Gubernur Emil juga berharap, dengan memaksimalkan layanan publik yang paling mendasar tersebut. Jawa Barat mampu menjadi provinsi digital yang berpredikat "Zero Complaint Government".

"Kalau bisa, (contoh) ngurus KTP seperti kita beli tiket pesawat online, tidak perlu lagi kita datang ke loket tiket. Atau seperti kita pesan makanan online, kita harus berpikiran seperti konsumen, dengan warga diam di rumah, tapi urusan bisa selesai," katanya.

Selain inovasi layanan, Emil juga sempat menyoroti pentingnya sosialisasi kepada masyarakat. Sebab, dari sejumlah permasalahan kependudukan yang ia dapati, tak jarang masalah pun hadir dari kurangnya pengetahuan, atau informasi dari warga itu sendiri.

Alih-alih inovasi sudah dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan masyarakat. Tetapi masyarakatnya sendiri belum mendapat informasi dari hadirnya inovasi yang sudah dibuat.

Sehingga inovasi pun tidak termanfaatkan secara maksimal.

"Sedikitnya 60 persen masalah kependudukan karena kurangnya pengetahuan. Misalkan, bahwa untuk pindah domisili tidak harus balik dulu ke tempat asal, hanya untuk membuat surat pindah. Cukup lapor di Disdukcapil kota yang akan ditinggali," katanya.

"Kebanyakan dari hasil temuan adalah kurangnya sosialisasi, juga 'kaku'-nya solusi terhadap variasi masalah, sehingga belum maksimal tindaklanjut, " ujarnya.

Menjelang Pemilu 2019,  Ridwal Kamil menyampaikan bahwa dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menyatakan keping e- KTP untuk Jawa Barat, 100 persen sudah tersedia. Kemudian memerlukan kecakapan Kepala Dinas-nya, agar memaksimalkan segera distribusi e- KTP itu kepada masyarakat.

"Selanjutnya akan kami lakukan rapat kerja untuk menjadikan standar pelayanan Jabar Juara. Kita akan pilah juga program baik yang sudah berjalan di Kota/ Kabupaten untuk diadopsi," katanya.

Baca juga: Ridwan: jangan sibuk urusan simbolik kolom agama

Baca juga: Jabar Miliki Tiga Perda Baru

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019