Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang menyeleksi 25 pemuda-pemudi di NTT untuk magang pendidikan pariwisata di Universitas Grifftuh Quennsland Australia guna mendukung pengembangan sektor pariwisata di provinsi berbasis kepulauan itu.

“Pemprov NTT saat ini sedang menyiapkan sumberdaya manusia berkualitas untuk mengembangkan pariwisata di NTT. Sekarang kami lagi seleksi untuk mendapatkan pemuda-pemudi NTT sebanyak 25 orang untuk magang pendidikan vokasi pariwisata di Griffith University Quennsland Australia,” kata Wakil gubernur NTT Josef Nae Soi kepada wartawan di Kupang, Rabu (27/3).

Ia mengatakan untuk menyeleksi 25 pemuda-pemudi itu pihaknya bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana Kupang agar bisa mendapatkan generasi muda NTT yang bisa bekerja mengembangkan sektor pariwisata NTT yang saat ini sedang terus berkembang.

Untuk dana pengiriman para pemuda-pemudi tersebut, kata dia, bukan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tapi dari CSR dan sumber pendanaan lainnya yang saat ini sedang dicari.

“Untuk pendanaannya bukan dari APBD tetapi dari dana CSR yang sedang kita upayakan,” tutur dia.

Tak hanya itu, kata orang nomor dua di NTT itu, untuk mendukung pariwisata NTT pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara untuk mendukung jaringan internet dalam pengembangan pariwisata NTT.

Lebih lanjut ia menambahkan pemprov NTT saat ini terus berusaha mengembangkan sektor pariwisata. Hal itu terbukti setelah pemerintah NTT menetapkan pariwisata sebagai “prime mover” ekonomi NTT.

Langkah-langkah nyata yang telah mulai dibuat oleh Pemerintah Provinsi di antaranya Pemberlakuan English Day, serta upaya untuk melakukan konservasi terhadap Komodo dengan menutup Pulau Komodo selama setahun.

“Orang dari seluruh dunia mau lihat Komodo yang asli. Kita mau kembalikan habitat komodo ke habitat semula. Komodo yang asli, begitu liat mangsanya, dia langsung kejar, liar dan buas. Juga kita ingin kembalikan ekosistem dan rantai makanan di pulau Komodo. Kemudian kita jual ke dunia dengan sistem kuota. Kalau mau liat yang asli, bayarnya harus mahal,” jelas Josef Nae Soi.

Langkah lain yakni meminta dukungan dari pemerintah pusat untuk membangun akses infrastruktur ke kawasan pariwisata seperti jalan dan pengembangan bandar di Sabu Raijua.***1***

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019