Semarang (ANTARA) - Debat keempat calon presiden yang menampilkan Joko Widodo dan Prabowo Subianto akan berpengaruh pada pemilih rasional, kata pakar komunikasi STIKOM Semarang, Drs Gunawan Witjaksana MSi.

Sebaliknya, kata dia, di Semarang, Sabtu malam, bagi pemilih tradisional yang sudah mantap pada pilihannya kemungkinan tidak ada pengaruhnya.

"Demikian pula, ada pengaruhnya bagi yang masih ragu, apalagi yang belum punya pilihan namun berniat memilih," kata dia, ketika merespons tanya jawab antara dua capres dalam debat keempat pilpres di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu malam.

Selanjutnya, kata ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang, ini sesuai dengan kecenderungan manusia yang enggan berpikir muluk-muluk, lebih mudah menyerap sesuatu yang berkenaan dengan penerapan (aplikatif) dan gampang mereka cerna.

Berita sebelumnya, dalam debat keempat bertema ideologi, pertahanan dan keamanan, pemerintahan, dan hubungan internasional, dua capres memiliki pandangan yang sama masalah pendidikan Pancasila.

Joko Widodo menekankan pentingnya pendidikan dan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, seperti penerapan toleransi dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Jokowi juga menegaskan pentingnya mendidik anak-anak bangsa Indonesia bagaimana hidup bertoleransi, mengingat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, agama, dan ras.

Pendidikan Pancasila dan toleransi, dikatakan Jokowi, pada saat ini dapat dilakukan melalui sosial media untuk menjangkau generasi muda.

Sementara itu, Prabowo Subianto menyatakan, Pancasila harus masuk ke dalam pendidikan sejak dini hingga pendidikan lanjutan.
"Pendidikan Pancasila wajib dimasukkan ke dalam kurikulum setiap tingkat pendidikan," kata Prabowo.

Selain itu, Prabowo juga menjelaskan, para pemimpin harus memberi contoh yang mempersatukan dan menyejukkan masyarakat.

"Memberi contoh dalam masalah edukasi ini, dalam memilih orang tidak boleh memandang suku, agama, dan ras. Dalam menjalankan politik harus politik persatuan, bukan politik pecah-belah, bukan politik cari kesalahan, bukan politik cari perbedaan," kata  dia.

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019