Kudus (ANTARA) - Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, siap memberikan pendampingan terhadap peternak ayam kalkun di Kabupaten Kudus agar semakin berkembang, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging unggas yang memiliki sumber protein tinggi semakin bertambah.

"Harapannya tentu tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging ayam kalkun bisa mengimbangi tingkat konsumsi ayam pedaging," kata Guru Besar Bidang Unggas Fakultas Peternakan Undip Dwi Sunarti ditemui di sela-sela acara pelatihan membuat jamu untuk ayam kalkun di Desa Undaan Tengah, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Rabu.

Ia menyatakan siap memberikan pendampingan karena pertemuannya dengan peternak ayam kalkun di Kudus merupakan sebuah keberuntungan karena selama ini dirinya memang mencari peternak kalkun yang benar-benar ingin mengembangkan.

Menurut dia, melihat perkembangan peternakan kalkun di Kabupaten Kudus, khusus di Desa Undaan Tengah, tentunya patut diberikan perhatian oleh berbagai pihak.

"Pemerintah kabupaten melalui Dinas Pertanian Kudus juga sudah memberikan perhatian dengan memfasilitasi dalam pembentukan kelompok," ujarnya.

Menurut Dwi Sunarti,  prospek peternakan kalkun cukup bagus karena daya tetas telurnya yang cukup tinggi, sedangkan fertilitasnya juga demikian.

Hal itu, kata dia, tentunya didukung dengan asupan pakan protein dan penyubur benih sperma dari pejantan yang cukup tinggi. Selain itu, kandungan lemaknya memang hampir sama dengan ayam pedaging, namun asam lemak jahatnya sangat rendah.

"Semua produk unggas baik untuk pemenuhan gizi manusia, terutama balita," ujarnya.

Pembentukan kelompok peternak kalkun dengan nama semarak kalkun Kudus, katanya, tepat untuk mewujudkan cita-cita kalkun bisa bersaing dengan ayam pedaging yang semua kebutuhan pakannya masih bergantung pada produk impor.

Sementara peternak kalkun di Kudus, katanya, bisa memenuhi kebutuhan pakannya dengan bahan baku lokal, seperti enceng gondok dan keong.

Sholikin, perwakilan peternak kalkun yang tergabung Semarak Kalkun Kudus (SKK) mengatakan pemerintah perlu memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan usaha ternak kalkun di Kudus.

“Harapan kami ke depan selalu mendapatkan dukungan terus dari pemerintah Kabupaten Kudus dan dari Dinas Pertanian,” ujarnya.

Hingga saat ini, lanjut dia, ada beberapa kendala yang dialami para komunitas ayam kalkun ini, di antaranya, terkait pemasaran masih kesulitan untuk memasarkan ayam kalkun.

“Dulu kami pernah mengirim ke Bali namun ketika diajak kontrak kami tidak sanggup. Ini kemudian kami juga harapkan peran pemerintah untuk ikut memasarkan ayam kalkun, padahal potensi ayam kalkun di Kudus perkembangannya cukup pesat,” ujarnya.

Bahkan, kata dia,  di Kudus sudah ada ratusan ternak kalkun. Untuk ayam kalkun yang sudah bisa dikonsumsi dan laku itu di usia 6-7 bulan, harganya mencapai Rp200 ribuan. Sedangkan untuk yang bibit berkisar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistyanto mengatakan Pemkab Kudus siap mendukung peternak kalkun.

"Kami juga berupaya untuk kalkun dibuatkan sentra peternakan kalkun, sehingga ada orang luar mencari kalkun, bisa langsung ke Undaan Tengah. Kami akan mendorong pemerintah seperti itu," ujarnya. ***1***

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019