Semarang (ANTARA) - Pakar teknologi informasi (TI) Universitas Dian Nuswantoro Semarang Solichul Huda menyebut jumlah berita bohong atau hoaks seputar perhitungan hasil pemilu di media sosial usai pelaksanaan pemungutan suara 17 April 2019 cukup tinggi.

"Sejak pelaksanaan pencoblosan sampai Kamis dini hari saja tercatat ada sekitar 100 konten hoaks di berbagai media sosial," kata Huda di Semarang, Jumat.

Menurut dia, konten berita bohong itu dilihat oleh ratusan ribu pengguna media sosial.

Ia mencontohkan berita hoaks yang menampilkan perhitungan cepat hasil pemilu di salah satu stasiun TV.

"Untuk mengetahui kebenarannya memang harus melalui uji forensik digital," katanya.

Satu berita hoaks tersebut, kata dia, bahkan sudah ditonton sekitar 800 ribu pengguna media sosial.

Ia menyayangkan tidak adanya semacam pusat informasi antihoaks yang seharusnya dibentuk oleh pemerintah.

"Pusat antihoaks tersebut seharusnya bisa jadi rujukan masyarakat untuk memilah antara berita bohong atau bukan," katanya.

Lembaga itu, lanjut dia, juga bisa melaksanakan patroli ciber untuk mengantisipasi beredarnya berita-berita bohong itu.

Ia menambahkan masifnya berita bohong seputar hasil pemilu di media sosial diduga sudah dipersiapkan sebelumnya mengingat tampilannya yang cukup rapi.

Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019