"Harus ada retaliasi terhadap upaya Uni Eropa menghambat produk-produk dari Indonesia," kata Eko dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi ‎Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan bahwa upaya pembalasan di bidang perdagangan antarnegara dalam kerangka WTO atau retaliasi terhadap Uni Eropa atas diskriminasi sawit merupakan langkah yang tepat.

"Harus ada retaliasi terhadap upaya Uni Eropa menghambat produk-produk dari Indonesia," kata Eko dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Eko mengatakan bahwa kebijakan proteksionisme Uni Eropa itu merupakan upaya untuk melindungi produk minyak nabati dari kawasan tersebut, apalagi produk sawit mempunyai tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Karena itu, meski retaliasi perdagangan bisa menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak, namun tanpa ada upaya perlawanan tersebut, diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa akan makin kuat.

"Jadi retalisasi harus ada upaya untuk membalas. Kalau kita diam, nanti makin menjadi,” imbuh Eko.

Baca juga: Kebijakan diskriminasi Eropa berpotensi ancam 16 juta pekerja sawit
Baca juga: Gapki sarankan penyerapan dalam negeri untuk atasi proteksi Eropa


Eko juga mengingatkan pentingnya penyusunan langkah retaliasi, salah satunya dalam memilih pembatasan produk impor, agar bisa memberikan sinyal yang kuat bagi Uni Eropa.

Barang tersebut, menurut dia, tidak harus merupakan produk berteknologi tinggi, tapi juga bisa berupa produk makanan minuman.
Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kebutuhan produk itu di tanah air, karena apabila dilakukan tanpa pertimbangan yang matang, bisa mendorong maraknya penyelundupan.

Eko mengharapkan retaliasi ini diikuti oleh perlawanan lunak seperti memperbanyak kajian dan riset sebagai basis argumentasi dalam membela industri minyak sawit.

Selama ini, langkah tersebut dilakukan oleh Uni Eropa dalam mendiskriminasi industri sawit dan menganggap komoditas itu berdampak negatif kepada lingkungan.

Dengan adanya riset dan kajian yang cukup untuk membela industri sawit, maka akan tercipta ruang untuk adu pendapat dan membuka peluang masyarakat negara maju untuk menerima minyak sawit.

Direktur Eksekutif Apindo, Danang Girindrawardana menyetujui rencana retaliasi yang akan dilakukan pemerintah, karena bisa membuat Uni Eropa berpikir ulang untuk mencekal produk sawit.
Baca juga: Dubes RI bahas kelapa sawit di Parlemen Belanda

Menurut dia, Indonesia juga bisa memperoleh barang impor dari kawasan lain, apabila upaya itu benar-benar direalisasikan untuk meningkatkan nilai tawar.

"Indonesia masih memiliki negara lain yang lebih bersahabat untuk mendapatkan penggantinya," kata Danang.

Ia menambahkan berbagai produk dari Uni Eropa yang dapat diboikot antara lain minuman beralkohol dan produk transportasi teknologi tinggi.

"Kami yakin itu akan baik untuk keseluruhan ekonomi Indonesia," tegasnya.
Baca juga: GAPKI: penyerapan biodiesel strategi hadapi diskriminasi sawit UE


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019